BatamNow.com – Sengkarut pelayanan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam masih terus menerpa masyarakat pelanggan (konsumen).
Terkini makin masif. Belasan ribu pelanggan air minum yang disuplai lewat 85 kios penjualan se-Batam kini “menjerit” disebab akses air minum dari pengelola SPAM Batam mati total pada siang hari.
“Sudah tiga bulan ini air mati siang hari, kalau pun mengalir paling malam hari, begitu keran di rumah dibuka air tak lancar mengucur, terkadang kayak suara kentut,” ujar pelanggan kios air yang dikonfirmasi BatamNow.com.
Sebanyak 85 kios air itu mendapat air dari SPAM Batam lalu menyuplai ke kawasan tertentu, seperti di pemukiman rumah liar (ruli).
Semua dari 85 kios (water kiosks) itu tersebar di Sagulung, Tanjung Uncang, Tanjung Sengkuang, Bengkong dan lainnya.
Sebanyak 76 kios air memiliki kontainer meteran sentral dan 9 kios tanpa kontiner.
Sistem atau model kios distribusi air minum ke belasan ribu pelanggan, sejak pengelolaan air minum oleh PT Adhya Tirta Batam (ATB).
Rata-rata setiap kios air memiliki pelanggan antara 150 bahkan 250 pelanggan yang beetebaran di beberapa kawasan.
Beberapa tahun keluhan warga atas akses air minum dapat dibilang minim, kecuali soal tarif. Tiga bulan belakangan mereka menjerit.
Ya itu tadi, suplai air minum dari SPAM Batam kerap mati, baru pada malam hari menetes tersendat-sendat terkadang yang keluar dari keran ibarat suara kentut.
Tarif Lebih Mahal dari Pelanggan Langsung
Beberapa pengelola kios air membenarkan soal suplai air minum perpipaan dari SPAM Batam, sering mati. “Sudah tiga bulan tak lancar, pelanggan marah,” kata mereka senada.
Demikian juga pendapatan pegelola kios auto merosot akibat aliran air minum kerap mati atau macet. “Kita mau tagih apa, air berkurang jauh kita suplai ke pelanggan,” kata para pengelola kios, senada.
“Kami seperti agen resmi dari SPAM Batam, dapat pasokan air minum dari SPAM Batam dan kami distribusikan ke pelanggan yang lokasi mereka di tempat yang sulit tersambung dengan pipa air,” kata mereka.
Sejak belasan tahun lalu para pelanggan atau konsumen air minum berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka.
Keluhan mereka bukan tanpa sebab, karena tarif air minum per meter³ yang didapat lebih mahal dibanding tarif air rumah tangga kelas rumah mewah.
Salah satu kios air, contohnya, memasang tarif Rp 13 ribu per meter³. Ada juga yang lebih mahal dari situ, bahkan bisa mencapai Rp 20 ribu per m³.
Harga itu masih lebih mahal dibanding tarif SPAM Batam kategori rumah mewah, misalnya dengan klasifikasi pelanggan Rumah Tangga B yang per meter³ seharga Rp 3.775 untuk pemakaian 10 m³ pertama. Berlaku tarif progresif, tertingginya di angka Rp 10.650 untuk pemakaian di atas 31 m³. Tarif ini diatur dalam Peraturan Kepala (Perka) BP Batam Nomor 24 Tahun 2020.
Ternyata, tarif kios air itu masih lebih mahal juga jika dibandingkan tarif pelanggang industri shipyard (maritim) yang dibanderol Rp 12 ribu per m³.
Sementara tarif air per m³ yang dibebankan SPAM Batam ke pengelola kios air sebesar Rp 3.500.
Lalu mengapa pengelola kios air memasang tarif ke konsumen di ruli seharga Rp 13 ribu per m³?
Tak bisa dipungkiri tarif itu karena pengelola kios air itu sendirilah yang membangun infrastruktur atau sistem perpipaan ke rumah-rumah warga dan membuat meteran.
Artinya besar juga modal para pengelola kios air yang tertanam dalam membangun sistem distribusi air minum. Belum lagi biaya uang jaminan yang harus didepositkan ke SPAM Batam sebesar Rp 20 juta per kios (hidran umum). Ini juga diatur dalam Perka BP Batam 24/2020.
Itu makanya masyarakat beberapa kali menyampaikan keluhannya kepada pemerintah.
Masyarakat seperti terdiskriminasi hak dan kedaulatan mereka mengakses air minum di negeri sendiri sebagaimana dijamin negara lewat peraturan perundang-undangan.
“Pada masa kampanye Pilkada 2019, Wali Kota Batam janji mau menyambung meteran langsung dari pipa air ke rumah kami, tapi janji tinggal janji sampai mau pilkada lagi,” ujar beberapa ketua RT dan RW yang tak mau ditulis namanya.
Permasalahan air minum keperluan warga Batam terjadi di mana-mana di Batam. Di wilayah Nongsa masih tetap kesulitan mengakses air minum perpipaan ini. Demikian juga di beberapa kawasan lainnnya.
Baik Wali Kota Batam ex-officio Kepala BP Batam Muhammad Rudi, Direktur BU SPAM BP Batam Denny Tondano, maupun Sutedi Raharjo Direktur Utama PT Air Batam Hilir yang mengoperasikan SPAM Batam, semunya tak merespons ketika dikonfirmasi BatamNow.com. (red)