BatamNow.com – Sengkarut penanganan dan pengelolaan air bersih (air minum) di Batam hingga kini masih berkepanjangan mendera banyak warga Batam.
Kepala BP Batam Muhammad Rudi kepada media pun mengakui krisis air bersih (air minum) yang mendera warga belakangan terjadi sejak transisi pengelolaan SPAM ditangani BP Batam.
Kini profesionalitas dan kinerja Badan Usaha (BU) SPAM BP Batam di pengelolaan air minum dipertanyakan dan, tampaknya, memperparah keadaan.
Paling tidak bila melihat masalah ratusan hektare eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang ‘menyelimuti’ separo permukaan air Waduk Duriangkang.
“Pada tahun 2022 lalu luasan waduk yang tertutupi eceng gondok seluas 600 hektar. Namun saat ini sudah tersisa 400 hektar,” kata Direktur BU SPAM BP Batam Denny Tondano dalam siaran pers, 28 April 2023.
Agak kontradiktif karena dalam publikasinya di laman resmi BP Batam, Denny Tondano, menyebut pemicu tumbuh suburnya eceng gondok akibat residu pakan ikan nelayan di waduk.
Anehnya para nelayan dibiarkan merajalela berkeramba di waduk yang ‘memproduksi’ sisa pakan ikan, entah berapa ton jumlahnya.
Apakah para nelayan ini diizinkan atau beraktivitas secara liar bahkan sampai mendirikan pondok di areal waduk?
Kemudian sisa pakan ikan itulah, menurut Denny Tondano, pemicu merambaknya eceng gondok. Berapa ton setiap tahun sisa pakan ikan itu mengendap di waduk?
Selain sisa pakan ikan, kata Denny, “atau ada juga sisa-sisa pertanian yang ada di atas (waduk), kemudian dibawa air ngalir kebawah. Itu semakin (membuat pertumbuhan eceng gondok menjadi) subur juga”.
Denny tak menjelaskan secara rinci dalam publikasinya risiko dan akibat negatif yang muncul dari kondisi yang dipaparkan.
Termasuk sisa atau residu pakan ikan yang mencemari air waduk apakah berbahaya bagi kesehatan air baku yang akan dikonsumsi manusia setelah diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Kemudian sisa-sisa pertanian sebagaimana disampaikan Denny, apakah mengandung pestisida misalnya dari pupuk kimia?
Lalu pertanian apa yang ada di sekitar 7.000 hektare daerah tangkapan air (catchment area). Bisakah dibenarkan daerah tangkapan air ada aktivitas pertanian?
Padahal sudah ada Peraturan Kepala (Perka) BP Batam Nomor 24 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pengamanan Waduk serta Perka 217/2016 tentang Zona Ketahanan Waduk.
Ini juga memantik pertanyaan. Mengapa BU SPAM BP BP Batam membiarkan nelayan merajalela beraktivitas di areal aset strategis nasional itu termasuk bebas menabur pakan ikan di waduk?
Seluas 600 hektare eceng gondok menyelimuti permukaan air waduk seluas 2.340 hektare.
Menurut ahli, eceng gondok mesti dibersihkan setiap 3 bulan, tapi mengapa bisa sampai mencapai seluas itu.
“Ini keterlaluan dan mengapa bisa sampai seluas itu hama atau tanaman liar eceng gondok meyerang waduk?” tanya Ketua DPP LI-Tipikor Kepri Panahatan SH.
Apalagi disampaikan Denny, masalah itu sangat serius dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan air bersih yang berada di beberapa waduk.
Panahatan juga mempertanyakan biaya pembersihan eceng gondok yang dianggarkan BP Batam pada tahun tahun sebelumnya. “Kalau dianggarkan, pada ke mana kok sampai bisa ratusan hektare eceng gondok merambak tanpa pencegahan,” katanya kepada wartawan BatamNow.com.
Di satu sisi, kata Panahatan, Muhammad Rudi mengakui terjadi krisis air di Batam.
Namun di sisi lain kinerja Direktur Badan Usaha (BU) Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam di hulu, yakni pada sumber daya air (SDA) seperti memperburuk keadaan.
Nelayan terbiarkan beraktivitas di waduk. Dari aktivitas nelayan muncul sisa-sisa atau residu pakan ikan sebagai pemicu tumbuh subur eceng gondok.
Selain membutuhkan miliaran biaya untuk pembersihannya, ada risiko keberadaan eceng gondok yang berdampak negatif terhadap waduk.
“Metoda penyelesaiannya tampak amburadul dan mestinya konkret dari hulu ke hilir, eceng gondok dibasmi, nelayan di waduk mesti dilarang,” ujar Panahatan.
Selain Panahatan, beberapa warga juga mempertayakan kinerja BU SPAM Batam yang seolah-olah mencari proyek selama ini.
Ada dua lagi waduk di Batam yang hampir sama kondisinya seperti Waduk Duriangkang, yakni Waduk Tembesi dan Waduk Monggak.
Direktur BU SPAM Batam ketika dikonfirmasi di pusaran permasalahan eceng gondok ini tak memberi respons. (red)
Berikut ini catatan atau referensi tentang dampak negatif yang ditimbulkan eceng gondok yang tumbuh di waduk secara masif, dikutip dari berbagai sumber.
- Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
- Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam permukaan air sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
- Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar waduk sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan atau sedimentasi.
- Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
Sedangkan dampak negatif pestisida pada air baku waduk dalam konteks pernyataan Denny di waduk pada umumnya, yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma). Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisme berguna lainnya.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia.