BatamNow.com – Proyek besar Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) kebanggaan Kepala BP Batam Muhammad Rudi yang dihelat sejak 2017 lalu, kini diduga mangkrak.
Proyek senilai ratusan miliar dari pinjaman luar negeri, yakni The Export-Import (Exim) Bank of Korea (EDCF) Korea selaku lender (pihak peminjam).
Kini proyek yang diduga mangkrak itu justru memunculkan masalah yang meresahkan masyarakat (warga).
Bukan tujuan sebenarnya dari proyek jumbo itu yang didapat warga, malah kebalikannya: “Warga di beberapa perumahan dirundung masalah eks galian pipa sekunder yang ditanam di sekitar halaman perumahan,” kata Nadim warga Batam Center.
Pantauan BatamNow.com, sejumlah tambal sulam eks galian pipa sekunder di beberapa perumahan, terlihat kupak-kapik.
Ada berbentuk kubangan ada yang retak-retak sepanjang perumahan. Jika hujan turun, terjadi genangan di beberapa lubang eks galian.
Berulang kali warga melaporkan masalah ini ke BP Batam. Hari ini diperbaiki tak berapa lama kupak-kapik lagi. “BP Batam selain kurang tanggung jawab, tak profesional mengerjakan proyek ini, masak kami dikasih masalah dari proyek ratusan miliar itu?” ujar beberapa warga menjawab wartawan BatamNow.com.
Wartawan media ini pada Senin (03/07/2023) melihat satu pengerjaan perbaikan eks galian pipa yang kupak-kapik di salah satu perumahan di Batam. “Yang menyuruh kami PT Hansol milik Korea Selatan atas perintah BP Batam,” kata sumber di BP Batam yang tak mau ditulis namanya.
General Manager (GM) Unit Usaha Pengelolaan Lingkungan BP Batam Iyus Rusmana yang juga penanggung jawab proyek/PPK IPAL ketika dikonfirmasi beberapa poin pertanyaan redaksi BatamNow.com, hanya merespons, “Saya koordinasikan dengan Humas”.
Namun menurut sumber terpercaya, seorang pejabat di gedung BP Batam membenarkan kondisi keresahan yang dialami warga.
Ia juga membenarkan bahwa warga di beberapa perumahan di Batam mengalami keresahan yang sama. Aspal jalan di depan rumah warga kupak-kapik dan berlubang.
Ia juga mengiyakan bahwa tahap kedua pengerjaan proyek ini mandek. Dan proyek itu ia sebut berpotensi mangkrak.
“Bagaimana tak mangkrak PT Hansol dari Korea sebagai pemegang kontrak pelaksana pengerjaan proyek dari BP Batam sudah kembali ke Korea Selatan. Sudah dua bulan lalu limit perpanjangan kontrak kedua tak kunjung diperpanjang BP Batam, entah mengapa,” cetus sumber itu.
Ia juga menyebut proyek tahap pertama saja masih banyak yang belum rampung. Ia sebut baru mencapai 70 persen.
Misalnya, pembangunan 7 stadiun pompa yang selesai baru 5 stasiun.
Demikian juga pembangunan jaringan pipa primer ke 7 stasiun pompa itu sebagian masih mangkrak. “Baru ke-5 stasiun yang tersambung pipa primernya dan itu harusnya selesai pada proyek tahap pertama,” ungkapnya.
Narasi dari BP Batam berulang kali memastikan pekerjaan kontruksi IPAL dimulai kembali bulan Desember tahun 2022 setelah disetujuinya perpanjangan waktu hingga September 2024 oleh lender.
Namun apa yang dijanjikan Iyus Rusmana tak kunjung terealisasi dan janji tinggal janji.
Hadyanto SE, pengamat perkotaan di Kepri merasa prihatin jika melihat kondisi proyek IPAL ini.
Katanya, ini salah satu kegagalan Muhammad Rudi sebagai ex-officio Kepala BP Batam, jika proyek ini mangkrak.
“Muhammad Rudi pernah janjikan proyek ini akan selesai tepat waktu, tapi hingga ke penghujung kekuaasannya, proyek ini diduga mangkrak,” ujar Hadyanto.
Sebagai informasi, proyek IPAL akan mengalirkan limbah domestik dari rumah warga dan memprosesnya di Waste Water Treatment Plant (WWTP) di Bengkong Sadai. Tujuannya mengatasi pencemaran lingkungan dari air limbah domestik yang mengalir ke waduk maupun perairan pantai.
Proyek dengan nama The Development of Sewerage System in Batam Island ini dengan sumber dana pinjaman lunak dari luar negeri (LN) sebesar USD 50 juta atau sekitar Rp 750 miliar (asumsi kurs USD 1 = Rp 15.000).
Proyek IPAL dimulai sejak April 2017 atau enam tahun lalu. Awalnya ditargetkan selesai selama 39 bulan atau pada 30 Juni 2020. Namun pengerjaan fisiknya belum rampung hingga kini, dan malah meresahkan warga. (red)