BatamNow.com, Jakarta – Empat anggota DPR RI yang merupakan wakil rakyat Kepri, tak bersuara atas penderitaan masyarakat Kota Batam yang terdampak macetnya aliran air dari pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Keempat anggota DPR itu adalah Sturman Panjaitan adalah wakil rakyat dari Fraksi PDI-Perjuangan, Cen Sui Lan dari Partai Golkar, Nyat Kadir dari Partai NasDem, dan Asman Abnur yang pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu dari Fraksi PAN.
Mereka bergeming tak memberi respons ketika dikonfirmasi BatamNow.com terkait masalah suplai air yang menjadi kebutuhan vital warga yang juga konstituennya.
Diberitakan, ribuan warga yang terdampak macetnya pipa air minum akibat tidak merasakan keberadaan para wakil rakyat yang harusnya bisa memperjuangkan nasib mereka. Bayangkan, warga ‘dipaksa’ menunggu air mengalir pada pukul 01.00 WIB-04.00 WIB dini hari, selepas itu air mati total.
Padahal, dalam Pasal 4 ayat (5) PP No 125 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, jelas mengatakan, “Kontinuitas pengaliran Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan jaminan pengaliran selama 24 (dua puluh empat) jam per hari”.
Bahkan, karena tingginya kebutuhan air bersih, sejumlah warga harus menciduk air di kubangan dan menampung air hujan yang digunakan untuk mencuci baju. Ironis memang nasib sebagian warga Batam.
Sebagai informasi, pada Pemilihan Legislatif 2019 silam, Partai Golkar memperoleh 173.998 suara, disusul Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 148.887 suara, Partai NasDem 123.341 suara, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 101.265 suara.
Harus diakui, mayoritas suara tersebut berasal dari Kota Batam. Tapi ketika warga Batam tengah kesulitan mendapatkan air minum, ke-4 anggota legislatif (Aleg) tersebut malah bungkam. Mereka seperti tidak peduli dengan nasib sebagian warga Batam. Mungkin yang dibutuhkan para Aleg itu hanya suara warga saat pemilihan, sementara kalau warga menderita itu bukan tanggung jawab mereka.
Dalam pandangannya, Ikrar Nusa Bhakti, Duta Besar Indonesia untuk Republik Tunisia 2017-2021 mengatakan, anggota legislatif itu harus benar-benar menempatkan dirinya sebagai wakil rakyat yang bekerja dengan sepenuh hati mewakili rakyat, bukan anggota DPR yang haus rasa hormat.
“Nurani para anggota Dewan harus sesuai dengan hati nurani rakyat yang mereka wakili, bukan menempatkan kepentingan dirinya setingkat lebih tinggi daripada kepentingan rakyat. Kinerja para anggota Dewan tentunya akan terus menjadi sorotan masyarakat karena semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin ia menjadi fokus bidikan perhatian rakyat,” ujarnya di Jakarta, Jumat (27/1/2023).
Ikrar menambahkan, ikatan emosional di antara masyarakat dan para wakil rakyat tetap harus dijaga. “Jangan sampai rakyat berpandangan bahwa demokrasi identik dengan democrazy, yang lebih mengutamakan kegilaan untuk mengungkapkan pendapat atau kebebasan tanpa dibatasi oleh tanggung jawab untuk membangun kebersamaan di dalam bingkai nasionalisme Indonesia,” tukasnya.
Dia meminta para Aleg untuk dapat menggunakanlah hati nurani untuk memperjuangkan nasib rakyat kebanyakan yang masih berada di jurang kemiskinan dan kebodohan, agar mereka dapat terangkat ke status sosial ekonomi yang lebih baik.
Sementara itu, dengan tegas, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel dari Fraksi Partai NasDem mengingatkan bahwa wakil rakyat memiliki keharusan untuk menunaikan amanah sesuai sumpah jabatan sebagai anggota DPR, yaitu, memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Jangan cuma dimanfaatkan saat Pemilu. Jangan jadikan rakyat komoditas politik,” serunya di Gedung DPR RI, hari ini. Nampaknya, Rachmat Gobel mau menyentil ke-4 Aleg DPR asal Kepri yang dinilai tak punya hati terhadap penderitaan sebagian warga Kota Batam.
Gobel menegaskan, “Sebagai wakil rakyat harus memberikan kehormatan yang sama kepada rakyat yang memilihnya. Bukan melakukan serangan fajar saat Pemilu. Itu namanya mengkhianati dan merendahkan harga diri rakyat sebagai manusia, karena mereka lahir dalam kondisi mulia dan dimuliakan”.
Berkaca pada ketidakpedulian ke-4 wakil rakyat asal Kepri terhadap penderitaan warga Kota Batam, nampaknya bakal menjadi bahan evaluasi rakyat pada Pileg 2024 nanti.
Ditakutkan, rakyat jadi antipati terhadap para wakil rakyat dan enggan memilihnya karena aspirasinya tak didengar dan penderitaannya tak digubris. Padahal, kerap dikatakan Vox Populi Vox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan). Jadi, kalau wakil rakyat tak menggubris nasib rakyat, mungkin sama artinya dia tidak memperdulikan Tuhan. (RN)