BatamNow.com, Jakarta – Desember 2022 lalu, entah ada angin apa, sejumlah petinggi di Badan Pengusahaan (BP) Batam melakukan kunjungan ke Korea Selatan (Korsel).
Dalam siaran pers di laman BP Batam, nampak kunjungan tersebut untuk melihat langsung Industri Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Korea Selatan.
Di rilis media tersebut dikatakan, di Korsel, BP Batam meneken Memorandum of Meeting (MoM) dengan Economic Development Cooperation Fund (EDCF) The Export-Import Bank of Korea selaku lender; Sunjin Engineering & Architecture Co Ltd selaku Engineer; dan Hansol Paper Co Ltd selaku Kontraktor Proyek, di Kantor EDCF, Yeongdeungpo-gu, Seoul, Korea Selatan, 22 Desember lalu.
Lucunya, MoM tersebut menyatakan komitmen semua pihak untuk kembali memulai proyek pengerjaan IPAL di Batam dan ditargetkan akan selesai pada akhir 2024, khusus untuk IPAL Domestik Batam. Lantas, dari 2014 hingga 2022, apakah BP Batam tidak serius menggarap IPAL Batam?
Ketika BatamNow.com, coba mendalami apa dibalik kunjungan ke Korsel tersebut, nampaknya pihak BP Batam memilih bungkam.
Beberapa pertanyaan dilayangkan via WA ke General Manager Pengelolaan Lingkungan Iyus Rusmana, Selasa (03/01/2023), dengan tentunya diberi tenggat deadline. Baru jam 21.30 WIB, Iyus membalas, “Mungkin ke humas aja ya. Kita sudah press release“.
Sejatinya, beberapa pertanyaan yang diajukan BatamNow.com, tidak ada dalam rilis ditampilkan BP Batam di websitenya. BatamNow.com ingin mengetahui apakah kunjungan ke Korsel itu atas inisiatif BP Batam atau undangan dari pihak Korsel? Juga ditanyakan anggaran yang digunakan untuk kunjungan tersebut berasal darimana?
Demikian juga rumor yang beredar, kepergian ke Korsel terkait dengan pencairan dana lanjutan proyek IPAL Batam dari pinjaman berbunga yang totalnya ekuivalen USD 50 juta atau sekitar Rp 700 miliar. BatamNow.com coba menanyakan hal tersebut ke Iyus.
Menurut Laporan Keuangan BP Batam, dana pinjaman untuk proyek IPAL sudah terealisasi sekitar Rp 564,95 miliar per 31 Desember 2021.
Selanjutnya BatamNow.com coba melayangkan beberapa pertanyaan serupa ke Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait, Rabu (04/01/2023). Namun, hingga kini, tidak dijawab sama sekali. Bahkan, tidak direspons oleh Ariastuty yang memiliki kekayaan Rp 3,8 miliar lebih itu, menurut Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2021 lalu.
Kembali BatamNow.com, menanyakan ke Iyus. Lagi-lagi Iyus yang juga sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek IPAL BP Batam, mengarahkan ke humas. Padahal, sudah dijelaskan bahwa Humas BP Batam tidak mau menjawab. Namun, tidak ada tanggapan lanjutan dari Iyus.
Agak membingungkan sikap BP Batam yang serba tertutup ini. Bahkan, seorang Humas yang harusnya menjadi jembatan informasi, tapi tertutup dengan informasi.
Ketika ditanyakan soal peran humas sesungguhnya, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan, saat ini humas ibarat tulang punggung bagi organisasi dalam membangun citra dan reputasi.
“Humas berperan mendekatkan persepsi publik kepada realitas organisasi,” ujar Arya kepada BatamNow.com, di Jakarta, Kamis (05/01/2023).
Sementara itu, Arifin Pasaribu salah satu pendiri Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), menyatakan bahwa seorang humas haruslah orang yang memiliki kapasitas untuk mengkomunikasikan berbagai hal, baik dalam organisasi/lembaga atau perusahaan, dengan baik kepada pihak luar, termasuk para jurnalis. “Siapapun yang bertanya harus dijawab dan dijelaskan dengan cara yang baik dan bahasa yang santun. Seorang humas harus memiliki strategi komunikasi yang baik dan mampu menembus dimensi ruang, bahkan hingga menjangkau level internasional,” ujarnya.
Karena itu, baginya, kalau ada humas yang tertutup terhadap media, kehumasannya patut dipertanyakan. “Prinsipnya media itu kan mencari informasi. Berikanlah informasi yang benar dengan cara yang baik,” tukasnya. (RN)