BatamNow.com, Jakarta – Tiga emiten asal Batam yakni, PT Sat Nusapersada Tbk (berkode: PTSN), PT Puri Global Sukses Tbk (PURI), dan PT Winner Nusantara Jaya (WINR), saling berlomba mengejar target jelang tutup tahun. Apalagi fenomena ‘December Effect’ atau dikenal juga dengan ‘Santa Claus Rally’ diprediksi membayangi perdagangan saham di lantai bursa.
Sayangnya, pada penutupan perdagangan saham Jumat, 9 Desember 2022, PURI berada di zona merah dengan nilai saham Rp 342 per lembarnya. Padahal, sehari sebelumnya, emiten bidang properti ini masih bertengger di zona hijau.
Kondisi berbeda dialami PTSN yang mengalami kenaikan 3 poin atau 1,59% dari hari sebelumnya. Pada penutupan perdagangan, nilai saham emiten bidang manufaktur teknologi ini Rp 192. Kondisi ini masih jauh di bawah angka pembukaan perdagangan Senin, 5 Desember lalu yakni, Rp 198. Sementara itu, WINR masih belum menunjukkan pergerakan saham dan berkutat di angka Rp 50 per lembarnya.
Dengan kondisi demikian, mungkinkah ketiga emiten asal Batam ini akan ikut mereguk cuan dan menikmati fenomena ‘Santa Claus Rally’ di akhir tahun?
Istilah ‘December Effect’, menurut Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto, menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya volume pembelian saham di pasar.
“Mungkin fenomena ini tidak setiap tahun muncul. Namun, itu biasanya ditandai dengan akumulasi masif menjelang Hari Natal hingga penutupan perdagangan pasar di akhir tahun,” jelas Manuel dalam keterangan persnya, Jumat (09/12/2022).
Tren ini dikaitkan dengan psikologi suka cita pelaku pasar melakukan aksi beli saham menyambut datangnya Santa Claus (simbol inspiratif Natal).
Manuel menjelaskan, secara teori, aksi akumulasi beli saham tersebut dipicu oleh aksi window dressing oleh fund manager dan emiten untuk meningkatkan kinerja portofolio kelolaannya. Tujuannya, agar posisi portofolio mereka terlihat lebih cantik saat menyajikan laporannya kepada pemilik dana.
“Sederhananya, praktik window dressing diibaratkan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas aneka warna, lalu diberi pita agar terlihat lebih cantik dan menarik,” terangnya.
Setelah window dressing, peluang berikutnya berlanjut dengan fenomena ‘January Effect’ yang biasanya berlangsung pada pekan pertama, kedua, dan ketiga di bulan Januari atau awal tahun.
Dikatakannya, beberapa fenomena tesebut bisa memberikan rasa optimistis bagi pemodal yang ingin menambah portfolio di akhir tahun. Pasalnya, peningkatan likuiditas di pasar yang signifikan tersebut biasanya memicu kenaikan harga saham yang kemudian mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).
Manuel juga mengingatkan para investor agar berhati-hati menyikapi window dressing. “Investor harus mempunyai ketersediaan informasi investasi dan data yang lengkap, akurat, dan update,” sarannya. (RN)