BatamNow.com, Jakarta – Google dilaporkan telah memblokir 151 aplikasi yang berbahaya pada perangkat Android yang menjebak pengguna agar mereka tanpa sadar mendaftar SMS premium berharga mahal yang menyedot pulsa.
Dilansir CNNIndonesia.com, aplikasi tersebut merupakan bagian dari metode scam SMS premium. Metode scam tersebar dalam berbagai format mulai dari surel, pesan singkat, hingga aplikasi yang diunduh. Sehingga pengguna harus selalu berhati-hati dalam mengunduh aplikasi Android.
Perusahaan keamanan siber Avast baru-baru ini melaporkan sebuah kampanye scam yang bernama UltimaSMS. Dilansir dari Avast, tercatat 151 aplikasi menjadi bagian dari kampanye scam SMS premium tersebut.
Semua aplikasi tersebut menyamarkan diri sebagai aplikasi yang tampak aman mulai dari aplikasi edit foto, filter kamera, games, hingga pemindai QR Code. Aplikasi-aplikasi ini bertujuan untuk membuat korban mendaftar pada layanan SMS yang mahal.
Saat ini tercatat pengguna Android telah mengunduh aplikasi-aplikasi tersebut lebih dari 10,5 juta kali. Namun Google telah memblokir semua aplikasi tersebut dari platformnya.
Jika pengguna merasa telah mengunduh salah satu dari aplikasi UltimaSMS yang berada dalam daftar aplikasi berbahaya, pengguna harus segera menghapus aplikasi tersebut.
Cara Kerja Aplikasi Sedot Pulsa SMS Premium
Avast menjelaskan ketika pengguna menginstall salah satu aplikasi UltimaSMS, aplikasi tersebut akan mengecek lokasi pengguna, International Mobile Equipment Identity (IMEI), dan juga nomer ponsel untuk menentukan kode negara dan bahasa yang digunakan untuk scam.
Kemudian ketika pengguna membuka aplikasi, tampilan yang muncul akan disesuaikan dengan bahasa yang digunakan pada ponsel, lalu mengarahkan pengguna untuk memasukkan nomor ponsel mereka, dan pada beberapa kasus aplikasi juga meminta alamat surel.
Dilansir dari BGR, setelah pengguna yang telah memasukkan informasi akan terdaftar pada aplikasi untuk layanan SMS premium yang membebankan biaya hingga US$ 40 atau sekitar Rp 560 ribu.
Selanjutnya aplikasi akan menampilkan lebih banyak pilihan layanan berlangganan atau malah berhenti bekerja. Namun pengguna akan terus dikenakan biaya oleh layanan scam setiap pekan.
Avast menjelaskan aplikasi tersebut pada dasarnya memiliki struktur yang identik, artinya struktur dasar aplikasi digunakan kembali berulang kali. Salinan aplikasi tersebut disamarkan menjadi aplikasi yang sah melalui profil aplikasi yang dibangun dengan baik di Play Store.
Kemudian aplikasi menampilkan visual dan deskripsi aplikasi yang menarik, dengan dibarengi ulasan bagus. Namun jika diteliti lagi, mereka memiliki kebijakan privasi yang biasa dan memuat profil pengembang dasar seperti alamat surel biasa. Aplikasi juga kerap mendapat review jelak dari pengguna yang mengidentifikasi aplikasi tersebut sebagai scam.
Aplikasi-aplikasi berbahaya ini diiklankan pada sejumlah media sosial seperti Facebook, Instagram, Tiktok, dan platform lain. Media sosial tersebut tidak dapat mengatasi segalanya, sehingga pengguna harus lebih waspada pada risiko dari aplikasi scam tersebut. (*)