Ibarat sharpshooter, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri “membidik” dari Batam.
Target Firli, satu Bupati dan Wali Kota. Komisaris Polisi tiga bintang itu tak menyebut rinci sasaran bidikannya.
Tapi, paling tidak minggu depan, dua pejabat pemerintahan kabupaten dan kota yang diduga terlibat kasus korupsi itu akan “keok” di tangan KPK.
Afirmasi Firli itu disampaikan saat Webinar Pembekalan Calon Kepala Daerah (Cakada) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Lampung, Kalimantan Timur (Kaltim), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) di Batam.
Sesaat bocoran Firli tersiar, spekulasi liar pun menggelinding di tengah riuh suasana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kepri.
Siapa gerangan yang disasar kokangan Firli.
Ketua KPK itu memang tak mengeja ciri maupun identitas “sasaran”, termasuk locus atau titik bidikannya. Nun jauh di luar Kepri?
Afirmasi Firli itu, tak pelak membuat penasaran berbagai pihak di Kepri.
Mengapa Firli mempublish dari Batam? Apakah secara kebetulan atau memang “titik” bidikan pada locus dimana dia bicara?
Namun, rasa penasaran warga Kepri itu menyurut seketika, meski menyisakan kekhawatiran lain.
Sebab, usai bocoran Firli Selasa (10/11) siang, tim anti rasuah di Jakarta langsung menahan Bupati Labura (Sumatra Utara) Khairuddin Syah Sitorus alias Buyung.
Sebenarnya penahanan tersangka Khairuddin bukan tetiba, apalagi operasi tangkap tangan (OTT).
Penyelidikan kasus ini sudah berproses beberapa bulan. Kasus pengembangan OTT korupsi Yaya Purnomo, Kasie Pengembangan Pendanaan Kawasan Perumahan dan Pemukiman pada Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Mei silam.
Lalu apakah target Firli salah satunya Khairuddin yang sudah dikerangkeng itu?
Kalau penahanan Bupati Labura satu di antara dua, berarti tinggal satu lagi seperti bocoran Firli.
Lalu siapa dan di mana?
Satu media online di Batam menulis, locus bidikan KPK, satunya di Kabupaten Karimun, Kepri. Sinyalemen isu ke seberang Batam itu disebut satu paket di pusaran kasus korupsi Labura.
Tapi bukankah menurut Firli, dua pejabat yang dimaksud: satu sebagai Bupati dan satu lagi sebagai Wali Kota?
Lalu kalau bukan kasus korupsi Labura salah satu yang dibidik Firli, berarti dua pejabat yang dimaksud baru akan terungkap minggu depan.
Pertanyaan berulang lagi. Siapa gerangan?
Tentu untuk tidak menambah rasa penasaran berkepanjangan oleh berbagai pihak, alangkah baiknya bersabar menunggu.
Siapa? Dari pemerintah kabupaten dan kota mana yang akan masuk karengkeng hasil kokangan Firli itu.
Apakah dari pejabat petahana (cuti) yang ikut bertarung di Pilkada serentak atau memang pejabat bupati dan wali kota yang aktif?
Bila menyimak statement Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, jauh sebelum kick off Pilkada serentak, dia meminta penundaan proses hukum yang mendera para calon kepala daerah yang sedang bertarung, kecuali karena OTT.
Ini dimaksudkan agar tindakan hukum yang diambil tidak bias yang diprediksi bisa menimbulkan kegaduhan di tengah hiruk pikuk suasana kampanye Pilkada. Apalagi di saat pandemi Covid-19 yang tengah gonjang-ganjing.
Itu maka sebaliknya, banyak yang mengkritisi pernyataan Firli yang rada ngambang dan kurang deskriptif.
Dia mengatakan pengusutan laporan dugaan tindak pidana korupsi “kepala daerah” tetap berlangsung, meski dalam suasana Pilkada.
Bila menyimak narasi dan diksi yang disampaikan Firli, sasaran bidikan bukanlah “kepala daerah” petahana yang sedang berkompetisi di arena politik. Karena para calon kepala daerah petahana itu masih status cuti alias tak aktif selama masa kampanye, sampai hari tenang.
Jadi para pendukung petahana calon bupati dan wali kota di Kepri, tak perlu menanggapi berlebihan soal bidikan Firli.
Apalagi para pendukung para calon petahana, maupun pihak-pihak pengusung bupati dan wali kota di sini.
Atau jangan-jangan seperti persepsi atau asumsi yang berkembang di tengah publik.
Firli bisa jadi mengirim pesan dari Batam ke internal penyidik anti rasuah itu agar segera mengeksekusi para terduga pelaku korupsi yang penyelidikannya sudah punya dua alat bukti sah seperti Khairuddin itu?(JS)