BatamNow.com – Material plafon Masjid Tanwirun Naja alias Masjid Tanjak diduga menyalahi spesifikasi. Apalagi ada perbedaan antara pernyataan Humas BP Batam dengan dokumen Spesifikasi Teknis Arsitektur untuk proyek tersebut.
Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait menjelaskan bahwa gypsum adalah bahan plafon awal di Masjid Tanjak.
Hal itu disampaikan dalam rilis pers pada Selasa (13/09/2022). Ia juga menyebut pihak kontraktor akan memperbaiki plafon Masjid Tanjak yang ambruk itu dengan material lebih baik.
“Adapun bahan plafon awal yang menggunakan gypsum, akan diganti menggunakan bahan Polyvinyl Chloride (PVC),” dikutip dari laman press release BP Batam.
Sementara dalam dokumen diperoleh media ini, sama sekali tak disebutkan “gypsum” pada rincian spesifikasi pekerjaan plafon Masjid Tanjak yang dulu ditender dengan nama Masjid Bandara Hang Nadim itu.
Ditentukan menggunakan merek Biowood atau yang setara, berikut ini spesifikasi plafon Masjid Bandara Hang Nadim:
- Plafond Wood Plastic Composite (WPC)
- Rangka Hollow Aluminium 2×2 cm (0,8 mm)
- Kombinasi Furing MS 40
Dokumen Spesifikasi Teknis Arsitektur Proyek Masjid Bandara Hang Nadim, diteken pada November 2020 oleh Wulung Dahana sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 5127 Pengelola dan Penyelenggara serta PengendaIian Mutu lnfrastruktur Kawasan.
BatamNow.com mencoba mengonfirmasi apakah ada perubahan setelah dokumen spesifikasi tersebut, namun Wulung Dahana tak merespons pesan WhatsApp yang dikirim ke nomor 0853-xxxx-8979 pada Rabu (14/09).
WPC Lebih Cocok Ketimbang Gypsum
Diwawancara BatamNow.com, beberapa kontraktor mengatakan bahwa gypsum dan WPC adalah material yang berbeda pun kualitasnya.
“Kalau pakai WPC memang lebih cocok dibanding gypsum. Nah, kalau PVC yang akan jadi gantinya itu baru di atas gypsum,” kata seorang kontraktor sambil meminta namanya tak ditulis.
Ditanya soal adanya perbedaan material yang dipakai dengan spesifikasi awal saat tender, ia hanya menegaskan bahwa, “Yang jelas kalau ada perubahan, tak mungkin malah memakai kualitas lebih rendah tapi sebaliknya”.
Dari video viral yang menunjukkan detik-detik robohnya plafon Masjid Tanjak, ia menganalisa bahwa material berwarna putih yang ambrol itu memang gypsum.
“Dari jatuhnya memang kelihatan seperti gypsum. Kalau yang bagian tengah plafon berbentuk bunga itu mungkin pakai WPC,” terangnya.
Mengutip laman wpckayuasri.com, Wood Plastic Composite (WPC) merupakan sejenis produk olahan dari serbuk kayu dengan campuran biji plastik HDPE. Disebutkan WPC adalah material yang kekinian diaplikasikan pada plafon, dinding, decking, partisi dan sebagainya.
Dijelaskan, palfon dengan material WPC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dari gypsum, triplek, atau fiber semen. Bahan plafon WPC lebih lentur, ringan, dan mampu bertahan selama puluhan tahun. Keawetan ini disebabkan adanya kandungan anti rayap, anti jamur, anti air dan campuran dari biji plastik membuat plafon WPC tidak akan terurai atau lapuk.
Plafon dari material WPC disebutkan dengan daya tahan kuat dan tidak mudah pecah. Sangat berbeda dengan gypsum atau triplek yang mudah hancur oleh air, panas, kelembapan yang tinggi, hingga dimakan rayap.
Sementara Kabiro Humas BP Batam Ariastuty Sirait menyebut gypsum adalah material pada plafon Masjid Tanjak yang ambruk pada Kamis (08/09) lalu.
“Memang benar plafon masjidnya jatuh. Karena kelembapan yang ada di plafon masjid tersebut,” ujar Ariastuty dalam keterangan pers, Kamis pagi. (D)