BatamNow.com – Mayoritas warga Kampung Pasir Panjang di Pulau Rempang, Galang, Batam, menegaskan bahwa mereka masih kompak dan kukuh menolak relokasi ataupun penggeseran kampung mereka sebagai dampak pengembangan Eco-City.
Penolakan relokasi disampaikan langsung oleh warga Pasir Panjang dalam satu video pada Kamis (28/09/2023). Hal itu juga disampaikan warga saat diwawancarai BatamNow.com di lokasi di hari yang sama.
Hari itu, para warga menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Posko Bantuan Hukum Solidaritas Nasional untuk Rempang, letaknya di tepi Jalan Kampung Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate.
Azman (50 tahun) seorang warga kelahiran Pasir Panjang, menegaskan bahwa ia dan banyak warga di sana masih tetap menolak pemindahan kampung yang telah mereka tempati secara turun-temurun.
“Harapan kami masyarakat nggak mau digusur, digeser, sama saja,” tegasnya kepada BatamNow.com, di Kampung Pasir Panjang.
Ia katakan, untuk garis keturunan keluarganya dari nenek hingga anaknya saja sudah sekitar 200 tahun berkehidupan di Pasir Panjang.
“Umur nenek kita sudah 100 tahun lebih, bapak sudah hampir 100 tahun, sudah hampir 2 abad tinggal di sini,” ujar Azman yang memiliki empat anak ini.
Senada, Aspur (40 tahun) pria kelahiran Pasir Panjang juga menegaskan tak mau dipindahkan dari kampung leluhurnya.
“Bukan digeser itu kalau di Tanjung Banun, sama saja dipindah itu,” jelasnya kepada BatamNow.com.
@batamnow Mayoritas Warga Rempang di Kampung Pasir Panjang Tegaskan Masih Kompak Tolak Relokasi Baca Beritanya di BatamNow.com #batamnow #batamtiktokcommunity #batamhits #batamnews #batamisland #batamsirkel #kotabatam #batampunyacerita #semuatentangbatam #galang #rempang #barelang #bpbatam #muhammadrudi #fyp #fypシ #fypシ゚viral #jokowidodopresidenkita #jokowidodo #rempangecocity #rempanggalangtanahmelayu #ham #komnasham ♬ Beat Automotivo Tan Tan Tan Viral – WZ Beat
Begitu pun dengan sikap Iskandar tokoh masyarakat di Pasir Panjang. “Harapan masyarakat memang tidak mau digeser sedikit pun. Kepada masyarakat di pesisir ini, tolonglah diberikan hak kami, dikembalikanlah hak kami,” pintanya.
Pendirian warga asli di sana, lanjutnya, masih kukuh menolak direlokasi dari kampung sendiri.
“Walaupun sekarang didudukkan bersama, masyarakat tetap menolak itu relokasi,” ucapnya.
Menurut warga, ada sekitar 143 KK yang bermukim di Kampung Pasir Panjang. Mereka tak menampik ada beberapa yang telah setuju direlokasi namun tak begitu tahu siapa dan jumlah pastinya. Tapi menurut mereka, mayoritas masih tetap menolak dipindah/digeser dari kampung.
“Namanya kita ini punya hak dan pribadi masing-masing punya kemauan masing-masing. Mana yang mau, ya kita pun tidak bisa mau bilang apa,” kata Iskandar.
Namun begitu, warga Pasir Panjang meminta agar setiap pihak memberikan data-data yang konkret dalam setiap publikasi terkait polemik Rempang. Yang paling tidak bisa diterima mereka adalah soal klaim bahwa sudah 80 persen warga Rempang setuju direlokasi.
Selain penolakan relokasi, warga Kampung Pasir Panjang juga mengeluhkan keresahan dan ketidaknyamanan yang mereka alami sejak isu relokasi diembuskan, utamanya dalam 2 bulan terakhir sejak tim ukur datang hendak memasang patok tata batas di kampung-kampung di Rempang.
Penolakan relokasi dan keresahan yang sama juga disampaikan para warga Kampung Sembulang Hulu, Pasir Merah, Tanjung Banun, dan Dapur 6, yang diwawancarai langsung BatamNow.com, Kamis (28/09).
Sementara BP Batam dalam siaran persnya, mengklaim per tanggal 27 September 2023, sebanyak 317 KK yang terdampak pembangunan sudah mendaftar untuk menempati hunian baru.
Dalam rilis itu juga disebut, 467 KK lainnya sudah melakukan konsultasi terkait hak-hak yang didapatkan masyarakat apabila pembangunan terealisasi. Demikian dikutip dari siaran pers tertanggal 28 September 2023.
Namun Kepala Ombudsmen Pereakilan Kepri Dr Lagat Parroha Patar Siadari SE MH mengatakan tidak benar ada 300-an warga yang mendaftar untuk sudi digeser, kecuali baru 3 orang yang mau direlokasi. “Itu hasil investigasi kami,” kata Lagat menjawab BatamNow.com.
Lalu Kabiro Humas BP Batam menyayangkan tuduhan Lagat itu dalam siaran persnya.
Data-data itu, disebut Ariastuti, bisa dipertanggungjawabkan.
Kala diklarifikasi BatamNow.com, Lagat menjawab “Kami tidak pernah menyebut data-data yang disajikan BP Batam rekayasa, tapi hanya meminta BP Batam jujur,” katanya sama dengan berita yang beredar sebelumnya. (red)