BatamNow.com, Jakarta – Iran mengecam keras Taliban, Senin (06/09/2021). Ini terjadi pasca serangan militer kelompok itu ke Lembah Panjshir, Afghanistan, Minggu (05/09).
Dilansir CNBCIndonesia.com, Lembah Panjshir adalah satu-satunya dari 34 provinsi di Afghanistan yang tetap di luar kendali Taliban. Kelompok yang juga menamai dirinya dengan Imarah Islam itu mengambil alih pemerintahan Afghanistan sejak 15 Februari.
“Berita yang datang dari Panjshir, benar-benar mengkhawatirkan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh. “Serangan itu sangat terkutuk.”
Ini merupakan kritikan pertama Iran ke Taliban. Iran sendiri didominasi Muslim Syiah sedangkan Taliban Sunni.
“Mengenai masalah Panjshir, saya bersikeras pada fakta bahwa itu diselesaikan dengan dialog di hadapan semua tetua Afghanistan,” kata Khatibzadeh.
“Taliban harus sama-sama menghormati kewajiban mereka dalam hal hukum internasional, dan komitmen mereka … Iran akan bekerja untuk mengakhiri semua penderitaan rakyat Afghanistan demi mendirikan pemerintahan perwakilan untuk semua warga.”
Baku tembak disebut terjadi antara Taliban dan pasukan di Lembah Panjshir, Front Perlawanan Nasional (NRFA). Namun dalam updatenya terakhir, Taliban mengatakan telah berhasil menguasai lembah kaya mineral itu.
“Imarah Islam sangat sensitif tentang pemberontakan. Siapa pun yang mencoba memulai pemberontakan akan dipukul dengan keras. Kami tidak akan membiarkan yang lain,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada konferensi pers.
Sementara itu, pasukan NRFA menolak klaim tersebut. NRFA mengatakan akan melanjutkan pertempuran melawan Taliban dan masih berada di posisi strategis menyerang.
Ketika Taliban berkuasa 1996 hingga 2001, Lembah Panjshir juga tak pernah dikuasai kelompok itu. Kawasan ini menjadi markas anti-Taliban terbesar di Afghanistan di bawah kepemimpinan Ahmad Massoud, anak dari Ahmad Shah Massoud, panglima mujahidin berpengaruh dalam perang melawan Uni Soviet tahun 1980.
Iran sendiri berbatasan 900 kilometer dengan Afghanistan. Negeri itu sudah menjadi rumah bagi 3,5 juta pengungsi Afghanistan dan khawatir akan adanya gelombang baru.(*)