BatamNow.com – Pelabuhan Penumpang Internasional Batam Center kini memasuki babak baru setelah BP Batam membuka ruang prakualifikasi mitra kerja sama peningkatan pembangunan dan pengoperasiannya ke depan.
Sebelumnya, pelabuhan itu sempat ramai dipolemikkan terkait berakhirnya kontrak kerja sama PT Synergy Tharada sebagai mitra pengelola BP Batam 25 tahun yang berakhir Juni ini.
Teranyar, BP Batam mengumumkan proses pemilihan mitra kerja sama pembangunan pengembangan operasional dan pemeliharaan dan pengelolaan Pelabuhan Internasional di Batam Center lewat surat bernomor: 2/PP.PBC/4/2024.
Pun pintu pendaftaran bagi para peminat prakualifikasi telah dibuka sejak 16 s.d 24 April 2024 (hari kerja): 09.00 s.d 15.00 WIB.
Namun, menurut Panahatan SH, Ketua DPP Kepri LI-Tipikor dan Hukum Kinerja Aparatur Negara, publikasi informasi babak baru tentang rencana pembangunannya tidak semeriah press release yang masif dari Humas BP Batam.
“Jika melihat data yang disaji BP Batam, rencana peningkatan pembangunannya tampaknya cukup spektakuler, namun publikasinya terkesan sepi tak seperti press release yang biasanya ramai, ini sebatas postingan pengumuman prakualifikasi itu di website-nya BP Batam,” kata Panahatan, yang telah membaca pengumuman prakualifikasi itu.
Data yang tersaji di salinan pengumuman prakuakifikasi itu, pelabuhan dan terminal Batam Center akan diperluas dari 2,5 hektare existing menjadi 23 hektare lebih.
Dari 23 hektare lebih itu, seluas sekitar 9 hektare untuk terminal baru Feri Internasional Batam Centre dan sekitar 14,4 hektare untuk kawasan komersial.
Sedangkan nilai proyek pembangunan, pengoperasian dan pengembangan pelabuhan dan terminal baru membutuhkan dana yang diperkirakan Rp 3,4 triliun lebih yang terdiri investasi dari mitra diperkirakan Rp 1,49 triliun dan investasi area komersial kurang lebih sebesar Rp 1,91 triliun lebih.
Direncanakan juga dibangun kawasan sarana penunjang terminal pelabuhan yang terintegrasi dengan Terminal Ferry Internasional Batam Centre.
Apakah proses pembangunan pelabuhan baru tidak sampai mengganggu operasional pelabuhan lama, khususnya pada proses reklamasi alur laut pelayaran feri di selat di perairan Teluk Tering Batam Center itu sehingga perlu untuk ditutup sementara?
Jika bukan dengan opsi itu, apakah perusahaan pemenang lelang sebagai pengelola baru sudah siap mengambil alih operasional pelabuhan itu secara berkesinambungan begitu kontrak lama berakhir pada Juni ini?
Lantas sudah berapa perusahaan yang mengembalikan formulir pendaftaran prakualifikasi dan perusahaan dari mana saja?
Apakah PT Synergy Tharada ikut mendaftar pada momen prakualifikasi ini?
Direktur Badan Usaha (BU) Pelabuhan BP Batam, Dendi Gustinandar tidak menjawab beberapa poin pertanyaan dari redaksi BatamNow.com.
Kecuali itu, Dendy, mengarahkan wartawan media ini ke Kabiro Humas BP Batam, seputar prakualifikasi tersebut.
Sedangkan Kabiro Humas BP Batam Ariastuty Sirait, seperti biasanya, belum merespons media ini.
Sementara itu spekulasi yang berkembang di ruang publik kemungkinan masa kontrak PT Synergy Tharada diperpanjang untuk sementara waktu.
Namun, jauh sebelumnya, pihak PT Synergy Tharada yang dikonfirmasi BatamNow.com, membantahnya.
“Surat pemberitahuan apapun dari BP Batam belum kami terima terkait pengakhiran masa kontrak kerja sama,” kata seorang staf perusahaan itu di pelabuhan dua bulan lalu.
Pun jauh sebelumnya, menyeruak kabar dialokasikannya sejumlah lahan di alur pelayaran Teluk Tering oleh BP Batam kepada para pengusaha papan atas dari Jakarta.
Sempat juga ramai rumor akan ditutupnya pelabuhan utama penumpang internasional itu karena lahan puluhan hektare di laut teluk itu akan direklamasi para penerima alokasi untuk dikembangkan.
Apakah mereka juga jaringan perusahaan yang ikut prakualifikasi, belum terkonfirmasi.
Satu poin penting yang dijelaskan pada data pengumuman prakualifikasi bahwa bentuk kerja sama pemanfaatan aset barang milik negara (BMN) ini, dilaksanakan melalui usulan pemrakarsa Badan Usaha (Unsolicited) yaitu PT Metro Nusantara Bahari (MNB) dengan kompensasi right to match.
Ini disebut satu Kerja Sama Pemanfaatan dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur (“KSP DRPI”).
Siapa sebenarnya perusahaan pemrakarsa ini?
Wartawan media ini belum menemukan jejak digital profil atau data lengkapnya perusahaan tersebut.
Sebagaimana disampaikan BP Batam, terminal dan pelabuhan Feri Internasional di Batam Centre ini merupakan terminal penumpang utama di kawasan BP Batam.
Disebut, selama tahun 2023, jumlah penumpang internasional yang masuk lewat pelabuhan itu mencapai ±59 persen dari 4,4 juta penumpang semua pelabuhan feri internasional yang sama.
Di Batam terdapat 5 pelabuhan pintu penumpang feri internasional, yakni Pelabuhan Penumpang Internasional Batam Center, Pelabuhan Penumpang Internasional Sekupang, Pelabuhan Penumpang Internasional Teluk Senimba, Pelabuhan Penumpang Internasional Nongsapura, Pelabuhan Penumpang Internasional Harbour Bay.
Saking banyaknya pelabuhan penumpang internasional ini di Batam, konon, membuat para pejabat otoritas pelabuhan pemerintahan di Singapura terheran-heran.
Belum lagi beberapa pelabuhan penumpang antarpulau dan pelabuhan rakyat yang melilit di seputar “pinggang” Pulau Batam. Pelabuhan kargonya pun entah di mana saja.
Singapura hanya memiliki dua pintu pelabuhan internasional, yakni di HarbourFront dan Tanah Merah.
Dan negara itu dipastikan tidak memiliki pelabuhan antarpulau dan pelabuhan rakyat.
Aspek security komprehenshif dan konkret menjadi pertimbangan jelimet bagi Singapura untuk tidak membuka banyak pintu pelabuhan internasional,kata salah seorang pejabat otoritas pelabuhan di sana. (red/D)
Wartawan coba cek alamat PT Metro dimana – ternyata sama… Baca Selengkapnya