Catatan Redaksi BatamNow.com
Merevitalisasi infrastruktur, suprastruktur serta membangun crane yard Pelabuhan (Port of) Batu Ampar, Batam, itu rencana BP Batam, kini.
Meningkatkan kapasitas dan fasilitas pelabuhan kargo menjadi modern sehingga pelabuhan peti kemas itu bisa menyaingi Singapura juga yang digesa oleh Direktur Badan Usaha (BU) Pelabuhan BP Batam Dendi Gustinandar. (dikutip dari berbagai media)
Bagaimanapun, “mimpi” Dendi ini seperti mengulangi mimpi lama Otorita Batam (OB) di era 90-an.
Kala itu gaung pengembangan bounded zone Batam seperti mendunia, paling tidak meng-Asia.
Branding OB, saat itu, dengan “tagline”: Batam akan menyaingi Singapura.
Dalam skenario membangun Batam, kala itu, OB berencana membangun pelabuhan peti kemas yang besar. Disebut Asia Port. Di Kabil.
Tak pelak, Singapura yang sedari awal unggul dalam pengelolaan pelabuhan kargo internasionalnya merasa ter-“colek”. Isu geopolitik dan ekonomi, memancing sensitivitas Singapura, saat itu.
Namun entah bagaimana tagline awal OB pun berubah menjadi “kita mesti bekerja sama dengan Singapura”.
Waktu pun berlalu. Skenario “Asia Port” tinggal mimpi, meski sempat dilakukan MoU dengan perusahaan kargo Evergreen dari Taiwan.
Satu hal yang tak terduga di balik gagalnya “Asia Port” itu. Masih di era Perdana Menteri Mahathir Mohamad, Johor (Malaysia) justru berhasil mewujudkan pembangunan satu pelabuhan kontainer besar yang modern di Tanjung Pelepas. Sukses.
Padahal, dulu, Malaysia tak segembar-gembor Batam yang lebih awal merencanakan.
Ini satu fakta yang bisa dijadikan tolak ukur betapa beratnya Batam bersaing di jalur lalu lintas laut internasional yang sangat ramai ini.
Lima puluh satu tahun kiprah BP Batam mengembangkan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) ini.
Geliat Pelabuhan Batu Ampar sebagai pelabuhan kargo pertama dan utama di Batam, masih jauh dari yang direncanakan.
Saking telatnya pengembangan dan peningkatan pelabuhan ini, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) pernah berkata: Kalau begini kondisinya malu melihat Singapura.
Kini, pelabuhan ini belum memiliki teknologi Container Crane (CC) yang autopilot, masih mengandalkan crane manual.
Kapasitas dan kinerja pelabuhan Batu Ampar masih dengan volume sekitar 400 ribu TEUs peti kemas (data BU Pelabuhan Januari-Oktober 2022). Akses ke pelabuhan luar negeri (LN) baru didominasi Singapura.
Sementara Singapura kini dengan teknologi fasilitas crane operator yang sudah otomatis. Itu semua membuat dwelling time menjadi cepat.
Memiliki lima terminal peti kemas: Tanjong Pagar, Keppel, Brani, Pasir Panjang Terminal 1 dan Pasir Panjang Terminal 2.
Kapasitas Port of Singapore Authority (PSA) saja dengan panjang dermaga: 15.500 m. Luas: 600 hektare. Belum dengan luas pelabuhan terkonsolidasi.
Kapasitas daya tampung kontainer di 37 juta TEUs. Akses pelabuhan itu ke 600 pelabuhan di 180 negara.
Sedangkan Batam baru mau meningkatkan sistem container crane (CC) di sebelah utara Pelabuhan Batu Ampar.
Tentu upaya ini pun belum seberapanya dari sistem eksisting container crane di Singapura.
Lalu poin ketertinggalan inilah yang kini coba dikejar. Rencana memodernisasi pelabuhan pun digesa, di saat pelabuhan seluas 3.600 m x 350 m ini sudah tua.
Meningkatkan daya saing, paling tidak pada tataran agar tidak terus menerus terpaut jauh dari kapasitas pelabuhan kontainer Singapura yang kini masuk di jajaran terbesar di dunia.
Bagaimanapun untuk menuju ke sana harus dengan satu perencanaan yang rasional. Tidak ambisius tanpa energi kuat. Sebab diperlukan anggaran yang besar untuk mencapai mimpi-mimpi itu.
Apalagi mimpi untuk menyaingi Singapura dalam jangka pendek. Di tahun 2025.
Sebab, sulit menepis bahwa berbagai kendala masih mengadang di balik perjalanan pengelolaan pelabuhan kargo ini, hingga sekarang.
Kehadiran Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) yang sampai “memata-matai” manajemen pengelolaan pelabuhan ini, bisa salah satu jawabnya.
Tapi, the show must go on. Kira-kira demikian niat dan semangat BP Batam.
Pembenahan dan peningkatan pelabuhan untuk menjadi modern, tampaknya, tetap akan dilakukan meski dapat “rapor” merah dari Stranas PK.
“’Port of Batu Ampar: Menyulap Pelabuhan Tua Jadi Lebih Modern,” begitu, Dendi, dikutip dari salah satu kanal Youtube.
Untuk mengakselerasi, mewujudkan mimpi-mimpi selama ini, barangkali juga tak salah menghadirkan si “pesulap merah” di Pelabuhan Kargo Batu Ampar. (*)