Catatan Tim News Room BatamNow.com
Awal minggu ini Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan Wakil Gubernur Marlin Agustina kembali ramai dipolemikkan di media sosial (medsos).
Tiupan angin pro-kontranya teramat kencang di lingkungan sebagian warga Kepri. Berseliweran dengan tone masing-masing.
Pemantiknya adalah pernyataan Ansar pada acara “Sembang Media Bersama Gubernur Kepulauan Riau untuk Kepri Makmur, Berdaya Saing dan Berbudaya” pada Senin (09/08/2021), lalu dimuat media online.
Acara itu digelar di lantai 2 Ruang Garuda Hotel Harmoni Nagoya, Kota Batam.
Tak tedeng aling-aling, Ansar mengungkapkan bibit pemicu “perang dingin” di antara kedua pemimpin Pemprov Kepri itu.
Saat momen memberi jawaban kepada wartawan dalam acara itu, Ansar dengan suara kalem dan ekspresi yang tenang membeber musabab keretakan itu. Tak kelihatan sedikit pun ekspresi emosi.
Salah satu contoh pemicu keretakan disebut Ansar, hasil akhir suara Pilkada yang tak sesuai dengan komitmen awal. Sehingga berimbas pada pergeseran peta “pembagian jatah” di kabinet Pemprov Kepri.
Dan pergeseran peta pembagian itu, disebut, bagian dari komitmen itu juga. Itulah yang membuat keretakan terlihat semakin menajam.
Jabatan Sekretaris Daerah (Sekda), itulah yang menjadi ajang pelik perseteruan utama dan sudah ramai digunjingkan publik, belakangan ini.
Pejabat (Pj) Sekda Kepri sekarang, Lamidi berasal dari kubu Ansar. Sementara posisi itu awalnya disepakati bagian dari kubu sebelah.
Tapi itu tadi, statistik realisasi hasil akhir Pilkada, lari dari komitmen.
Itulah satu ihwal dari perseteruan sebagaimana pernyataan Ansar.
Apa yang disampaikan Ansar tak lebih karena disosor oleh pertanyaan wartawan.
Penulis menerjemahkan momen saat itu, bukan bagian dari “curhat” maupun “keluh kesah”. Apalagi jika melihat konstruksi tanya jawab antara wartawan dengan Ansar dan timnya di acara itu.
Ada tiga orang wartawan di acara itu menanya keretakan hubungan kerja Ansar-Marlin.
Tentu suka atau tidak, Ansar lalu menjawab.
Dan sebenarnya beberapa pertanyaan lain pun sudah mendahului.
Apa yang diungkapkan Ansar, adalah riak politis di antara dua kubu.
Dalam acara sembang media itu, Ansar yang ditemani Ade Angga–mantan Anggota DPRD Tanjungpinang, menjelaskan bahwa kubu Ansar lah selama ini kerap dituding sebagai biang keretakan.
Menurut Angga, kubu politik Ansar sebenarnya sudah lama bersabar alias menahan diri, karena dituding pemicu keretakan.
Kecuali pada acara dengan wartawan itu, kata Angga, mau tidak mau pertanyaan harus dijawab.
Terlepas kubu mana yang benar atau salah di balik keretakan itu, harapan masyarakat agar perseteruan ini hendaklah diakhiri.
Bagaimanapun, suka atau tidak suka roda pemerintahan Provinsi Kepri periode 2021-2024, hendaklah berjalan di tangan Ansar-Marlin.
Ini sesuai perintah Undang-undang dan demi kesejahteraan masyarakat apalagi sesuai dengan janji mereka sebelumnya di sosialisasi Pilkada.
Apapun kerikil yang melenting sana sini, Ansar-Marlin mesti dapat mengelola dan merelokasi perseteruan itu ke dalam.
Dan itu bisa terjadi bilamana perseteruan ini tak dibalut kepentingan politik yang lebih seksi.
Ansar-Marlin tak boleh larut dalam perseteruan itu karena akan merugikan masyarakat banyak.
Harapan untuk “rujuk” tampaknya mulai pintu masuk.
Bila melihat dari foto-foto yang beredar luas saat pertemuan Ansar-Marlin dan Wali Kota Batam Muhammad Rudi, di acara Pisah Sambut Pangkogabwilhan I di Gedung Daerah, Tanjungpinang, Kamis (12/08) malam, seperti tak ada masalah.
Beda bila membanding yang disampaikan Ansar, bahwa Marlin seperti selalu mengelak, termasuk Rudi dan jajarannya. Apalagi bila ada kunjungan kerja Ansar di Batam.
Artinya, momen bersama ketiganya di acara Pisah Sambut Pangkogabwilhan I itu seakan menampik tudingan tadi.
Belum terkonfirmasi hal apa sebenarnya yang mereka cakapkan, dibarengi senyum bersama itu.
Walau sama-sama bermasker sembari berdiri, ekspresi senyuman dan tawa mereka bersama seolah memercikkan aura kedamaian.
Apakah senyuman bersama itu bagian dari senyum politik? Nurani dan hati kecil mereka jualah yang berbicara.
Atau akankah pertemuan mereka kali ini menjadi awal sekaligus akhir dari perseteruan mereka sejak dilantik Februari 2021 lalu?
Banyak berharap demikian, apalagi bagi masyarakat yang berada di luar kepentingan politik mereka.
Kepentingan masyarakat Kepri harus mereka utamakan dan harus di atas kepentingan kelompok mereka.
Bagaimanapun, untuk mempercepat penyelesaiannya, Ansar dan Marlin harus duduk bersama dan berbicara empat mata. Itu lebih jentelmen.(*)
“Jika kamu menginginkan kedamaian, jangan berbicara dengan teman-temanmu. Kamu berbicara dengan musuhmu” – Desmond Tutu