BatamNow.com, Jakarta – Penelitian terbaru menyatakan bahwa orang yang terinfeksi varian virus corona B.1.1.7 memiliki risiko meninggal lebih tinggi daripada orang yang terinfeksi varian sebelumnya. Peneliti mengatakan tingkat kemungkinan meninggal dunia akibat mutasi Covid-19 itu mencapai 64 persen.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Riset yang dipublikasikan di jurnal BMJ menemukan bahwa B.1.1.7 lebih mematikan daripada strain lain. Hasil studi sebelumnya yang dipublikasikan di jurnal Nature hanya menyebut kemungkinan kematian 55 persen.
Melansir Business Insider, para peneliti memeriksa hampir 55.000 pasang orang di Inggris. Dalam setiap pasangan, satu orang dinyatakan positif B.1.1.7, sementara yang lain dinyatakan positif mengidap jenis virus korona yang berbeda, termasuk varian dari Afrika Selatan dan Brasil.
Setiap orang dalam penelitian itu memiliki usia, etnis, dan lokasi geografis yang serupa, dan mendapatkan hasil tes positif antara Oktober dan Februari.
Studi tersebut menemukan varian B.1.1.7 64 persen lebih mematikan daripada jenis lainnya dalam empat minggu setelah tes positif.
Meningkatnya tingkat kematian terkait dengan fakta bahwa orang yang terinfeksi B.1.1.7 rata-rata memiliki viral load yang lebih tinggi, yang berarti mereka menghasilkan lebih banyak partikel virus ketika mereka terinfeksi.
Viral load yang lebih tinggi, banyak penelitian menunjukkan, dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi dan penyakit yang lebih parah.
Ada kemungkinan juga bahwa peningkatan penularan strain hanya memberi virus peluang yang lebih baik untuk menginfeksi lebih banyak orang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.
Jenis yang lebih mudah menular berarti orang lebih mungkin tertular jika terpapar. B.1.1.7 disebut 50 persen dan 70 persen lebih menular daripada versi asli virus.
Penularan yang lebih tinggi ini dapat disebabkan oleh beberapa mutasi pada kode genetik untuk protein lonjakan virus, yang digunakannya untuk menyerang sel. Perubahan itu dapat mempermudah penyebaran varian B.1.1.7.
Kemungkinan lain adalah bahwa peningkatan penularan varian secara tidak langsung berkontribusi pada tingkat kematian yang lebih tinggi karena tekanan pada sistem perawatan kesehatan Inggris.
Lonjakan Kasus Mutasi Covid-19 B117
Jumlah kasus Covid-19 harian di Inggris melonjak dalam empat bulan setelah penemuan B.1.1.7, melonjak dari 3.899 kasus baru pada 20 September 2020 menjadi lebih dari 68.000 kasus pada 8 Januari 2021.
Lonjakan kasus itu membebani rumah sakit Inggris dan sumber daya perawatan kesehatan, yang pada akhirnya mungkin merugikan pasien.
B.1.1.7 telah ditemukan di 94 negara, termasuk Indonesia. Dalam studi terbaru, Pfizer dan Moderna menemukan bahwa vaksin mereka bertahan dengan baik terhadap varian itu. Vaksin lain, termasuk dari Johnsen & Johnsen dan AstraZeneca juga mengklaim dapat melindungi orang dari B.1.1.7.
Namun, vaksin seluruh produsen itu tampaknya kurang efektif terhadap varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, B.1.351 dan strain yang ditemukan di Brasil, bernama P.1.
Hal itu diduga karena kedua varian tersebut memiliki mutasi yang dapat mencegah antibodi yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap virus asli untuk mengenali mereka.
Dalam jurnal, peneliti berkata varian baru VOC-202012/1 atau B.1.1.7 terkait dengan peningkatan risiko kematian pada orang yang dites positif Covid-19 dalam sebuah komunitas. Rasio bahaya akibat varian itu meningkat antara 1,32 dan 2,04, lebih tinggi daripada varian lain.
“Berarti peningkatan risiko kematian 32 persen hingga 104 persen, dengan perkiraan rasio bahaya yang paling mungkin sebesar 1,64 atau peningkatan risiko kematian 64 persen,” ujar para peneliti.
Para peneliti berkata jika temuan mereka dapat digeneralisasikan untuk populasi lain, infeksi B.1.1.7 berpotensi menyebabkan kematian tambahan yang substansial dibandingkan dengan varian yang beredar sebelumnya.(*)