BatamNow.com, Jakarta – Mayoritas masyarakat Thailand menentang rencana pembukaan kembali negara itu dari kunjungan pelancong asing. Ini terlihat dari sebuah jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Universitas Suan Dusit Rajabhat.
Dilansir CNBCIndonesia.com, mereka yang menolak menyebutkan turis dari negara lain dapat membawa infeksi baru. Belum banyak jumlah warga yang divaksin menjadi alasan lain penolakan tersebut.
Survei itu menanyakan 1.392 responden. Mereka ditanya soal rencana Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha memperbolehkan turis yang telah divaksinasi penuh untuk masuk Thailand per 1 November mendatang.
Hasilnya 59,68% responden menolak rencana tersebut. Bukan waktu yang tepat untuk membuka kembali Thailand juga diungkapkan oleh 60,10%, seperti dilaporkan oleh Straits Times, dikutip Minggu (17/10/2021).
Para responden juga mengatakan Thailand bisa membuka pintunya bagi warga asing setelah lebih dari 70% populasinya telah divaksinasi. Selain itu juga apabila wabah dapat dikendalikan serta fasilitas kesehatan juga dilaporkan menghadapi keberadaan variasi dari virus tersebut.
Cakupan vaksinasi di Thailand memang belum terlalu tinggi. Baru Bangkok yang mencatatkan lebih dari 65% warganya telah divaksin penuh atau hanya 35% dari total nasional.
Namun memang tak semua responden menolak rencana pemerintah. Mereka yang merupakan pemilik bisnis dan karyawan ingin Thailand bisa kembali dibuka, namun juga menambahkan prihatin atas infeksi baru.
Thailand bersiap membuka kembali negaranya mulai 1 November 2021. Pusat Penelitian Kasikom mengungkapkan ini berarti dorongan pada industri pariwisata dan pertumbuhan positif ekonomi yang diharapkan terjadi tahun depan.
Namun hal itu dengan catatan situasi Covid-19 di Thailand dapat dikelola dengan baik.
Lembaga itu memprediksi warga asing yang datang ke Thailand harus naik 64%. Sebab 1 November berbarengan dengan high season di negara tersebut.
Diperkirakan total 180 ribu turis asing yang datang ke Thailand, ungkap Kasikom. Jumlah itu 30 ribu lebih banyak dari perkiraan sebelumnya, yang akan menghasilkan pendapatan 13,5 miliar baht (sekitar Rp 5,6 triliun). (*)