BatamNow – Resesi. Kata ini sangat ditakuti banyak pihak. Kalimat yang terdiri dari enam huruf ini memiliki makna dan dampak besar terhadap sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Resesi sekaligus menjadi pintu masuk bagi sebuah bangsa pada masa sulit yang cukup panjang.
Secara teoritis sebuah bangsa dapat dikatakan resesi apabila secara berturut turut enam bulan terakhir (dua kali triwulan/Q-red) mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Di kawasan Asia Tenggara, Singapore sudah lebih dahulu mengalami resesi seiring kontraksi pertumbuhan ekonominya pada Q1/2020 dan Q2/2020.
Menurut Biro Riset Ekonomi Nasional atau NBER, resesi adalah periode jatuhnya kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam kurun waktu beberapa bulan atau lebih. Dalam kata lain, suatu negara baru bisa dianggap memasuki masa resesi setelah kondisi perekonomiannya menurun dalam beberapa periode atau masa akuntansi. Jadi, saat suatu waktu ekonomi menurun, hal tersebut masih belum bisa dikatakan sebagai resesi.
Akan tetapi, pada umumnya, negara dapat dikatakan mengalami resesi saat ekonominya menurun secara drastis atau signifikan. Keadaan di mana ekonomi sedang anjlok tersebut juga harus terjadi selama paling tidak enam bulan sebelum diputuskan mengalami resesi ekonomi.
Saat mengalami resesi, penurunan ekonomi biasanya terjadi pada 5 indikator, yakni PDB riil, pekerjaan, pendapatan, penjualan ritel, serta manufaktur. Jika kelima indikator ekonomi tersebut mengalami kesulitan atau penurunan kegiatan, maka bisa dikatakan bahwa resesi tengah menyerang negara tersebut.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD memprediksi meyakini Indonesia akan jatuh ke dalam resesi bulan depan. Meski begitu, ia menyebut resesi bukan krisis.
Pernyataan ini disampaikan oleh Mahfud MD saat memberikan sambutan dalam acara temu seniman dan budayawan di Warung Bu Ageng, Jogjakarta, seperti dikutip BatamNow dari detikcom, Minggu (30/8/2020).
Menurut Mahfud, imbauan Pemerintah untuk hidup normal kembali dengan menyadari Covid-19 kurang efektif karena saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengenakan masker, berkerumun seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal virus Corona ini sangat nyata sebagai musuh atau dapat membahayakan kehidupan sehari-hari.
“Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia,” ujarnya.
Mahfud menambahkan meski Indonesia jatuh ke dalam resesi, masyarakat tidak perlu takut karena Indonesia tak masuk ke krisis ekonomi. Ia juga percaya Indonesia punya ekonomi kerakyatan yang mampu mengatasi resesi.
“Resesi itu teknis, sebenarnya, tidak berbahaya, aman. Karena resesi itu artinya pertumbuhan ekonomi itu minus atau di bawah 1 selama 2 kuartal berturut-turut,” ucapnya.
“Tetapi resesi itu bukan krisis, beda resesi dengan krisis. Karena kita di Indonesia itu punya bahan-bahan lokal, ekonomi rakyat kalau itu bisa digunakan, dinormalkan lagi kehidupan ekonomi rakyat maka resesi yang pasti terjadi itu tidak akan menimbulkan krisis.”