BatamNow.com – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memerintahkan semua staf pemerintah non-darurat dan anggota keluarga mereka untuk meninggalkan Shanghai, China. Bahkan, kementerian juga meminta warga AS mempertimbangkan kembali perjalanan ke China.
Pengumuman dikeluarkan Senin (11/04/2022) sebagaimana dikutip CNBC International Selasa. Ini seiring dengan meningkatnya Covid-19 di pusat keuangan China itu.
“Pertimbangkan kembali perjalanan ke Republik Rakyat China (RRC) karena penegakan hukum setempat yang sewenang-wenang dan terdapat pembatasan terkait Covid-19,” kata Departemen Luar Negeri.
“Jangan (juga) bepergian ke Hong Kong, Provinsi Jilin, dan Kota Shanghai karena pembatasan terkait Covid-19, termasuk risiko orang tua dan anak-anak dipisahkan.”
Sebelumnya, AS juga telah mengeluarkan peringatan perjalanan pada 8 April dengan bahasa yang sama. Isinya tentang peringatan bahwa “penegakan hukum setempat bisa sewenang-wenang” dalam pembatasan Covid-19.
Bahkan warga AS telah diminta evakuasi secara sukarela. “Tuduhan tak berdasar” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian menjawab peringatan perjalanan AS.
Dalam beberapa pekan terakhir, China daratan memang menghadapi wabah Covid-19 terparah sejak fase awal pandemi pada awal 2020. Shanghai termasuk yang paling terpukul, bahkan sempat di-lockdown, meski kini pemerintah memulai pelonggaran.
China melaporkan 1.184 kasus Covid-19 baru bergejala dan 26.411 tanpa gejala pada hari Minggu. Ini merupakan salah satu rekor kasus tertinggi yang dialami negara itu.
“Karyawan dan anggota keluarga akan berangkat dengan penerbangan komersial. Departemen Luar Negeri memerintahkan keberangkatan karena wabah Covid-19 yang sedang berlangsung,” kata US Mission China, Selasa.
WHO Pantau China
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pun telah mengumumkan mengamati secara detail kasus Covid-19 yang terjadi di China. Pasalnya, jumlah kasus di negara itu tiba-tiba meledak dan varian Omicron BA.2 dianggap sebagai penyebabnya.
Direktur program imunisasi dan vaksin WHO, Dr Kate O’Brien, mengatakan badan tersebut juga telah berhubungan dengan otoritas kesehatan masyarakat di China. Ini untuk mendapatkan data lengkap terkait vaksinasi di negara itu.
“Kami akan terus mengikuti situasi ini, karena terus muncul dan saat mereka menanggapi situasi. Sehingga kami dapat memahami sifat kasus, status vaksinasi yang mendasari dan komponen lain di sana,” kata O’Brien saat konferensi pers. dari kantor pusat organisasi di Jenewa. (*)
sumber: CNBC Indonesia