BatamNow.com – Wali Kota Batam ex-officio Kepala BP Batam Muhammad Rudi tampaknya masih mengotot bahwa krisis air di beberapa wilayah di Batam karena jaringan perpipaan yang diklaimnya sudah tua sehingga perlu diganti dan membutuhkan anggaran Rp 4-5 triliun.
Soal dalih pipa air yang sudah tua itu telah beberapa kali disampaikan Rudi dalam beberapa kesempatan. Terbaru, kala ia memberikan sambutan dalam accara silaturahmi dengan Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat di Kecamatan Batu Aji, di Aula Universitas Riau Kepulauan (Unrika) pada Minggu (18/06/2023).
Dijelaskannya bahwa instalasi pipa air bersih di Batam dibangun pada tahun 1995, itu artinya sudah 28 tahun yang lalu. Dan sejak mulai dibangun, sama sekali belum pernah dilakukan peremajaan.
“Waktu itu penduduk di Kota Batam masih 200 ribu, sedangkan sekarang sudah 1,3 juta. Karena itu, instalasi pipa ini perlu kita tingkatkan lagi,” ujarnya.
Rudi menyebut, butuh anggaran Rp 4-5 triliun untuk menyelesaikan semua instalasi pipa utama maupun pipa ke rumah warga. Belum lagi, peningkatan instalasi pengelolaannya di waduk-waduk.
Sementara Rudi masih berkutat di narasi pipa SPAM berumur tua, dua praktisi di perusahaan air minum kompak menyatakan bahwa persoalan air di Batam karena kapasitas produksi yang tak memadai, bukan karena pipa kedaluwarsa maupun apkir.
Bantahan pertama datang dari Presiden Direktur PT Adhya Tirta Batam (ATB) Benny Andrianto. Bermula pada medio Januari 2023, Rudi menyinggung soal jaringan perpipaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Batam yang sudah berumur tua dan perlu diganti untuk memperbaiki kontinuitas distribusi air ke pelanggan.
Statement Rudi itu pun direspons dan dibantah pihak PT Adhya Tirta Batam (ATB), pemegang konsesi pengelolaan dan pendistribusian air di Batam selama 25 tahun, November 1995 hingga November 2020.
Presiden Direktur PT ATB Benny Andrianto menegaskan bahwa saat konsesi berakhir, penyerahan pengelolaan SPAM Batam ke BP Batam semuanya dalam kondisi sangat optimal dari sisi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
“Semua prosedural mulai dari verifikasi dan validasi oleh PT Surveyor Indonesia sebagai pihak yang berkompeten,” ujar Benny, Selasa (17/01).
Dalam kesempatan berbeda, Benny yang sudah berpengalaman puluhan tahun dalam dunia pengelolaan air ini, menegaskan bahwa persoalan krisis air di beberapa daerah di Batam disebab kapasitas produksi yang kurang dan perlu ditambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk (pelanggan).
Benny memaparkan, Batam setidaknya butuh tambahan 150 liter per detik (lpd) per tahun atau 300 lpd untuk periode 2021-2022. Namun sayangnya, tambahan kapasitas tersebut tak kunjung dipenuhi.
“Bukan masalah pipa ini, lebih ke masalah produksinya. Emang mungkin ada pipa bisa dapat air kalau airnya nggak ada?” ucapnya di Lantai 8 Adhya Building, Rabu (18/01).
Terbaru, kini Direktur Utama (Dirut) PT Air Batam Hilir sekaligus Direktur Utama PT Air Batam Hulu Mujiaman Sukirno yang “membantah” statement Rudi. Kedua perusahaan itu adalah mitra BP Batam dalam pemeliharaan dan pengoperasian SPAM selama 15 tahun setelah konsesi PT ATB.
Mujiaman adalah Dirut baru PT Air Batam Hilir dan PT Air Batam Hulu, menggantikan Sutedi Raharjo sejak 1 Juni 2023. Sebelum bertugas di Batam, pria bergelar Sarjana Teknik Kimia jebolan Institut Teknologi Sepuluh November ini merupakan Dirut PDAM Surya Sembada Kota Surabaya sejak 2017 hingga Agustus 2020.
Dilansir dari harian Batam Pos, Mujiaman mengatakan pipa tak menjadi persoalan penting. Ia menilai pipa peninggalan pihak ATB masih layak digunakan meski kalau ada yang sudah berumur 25 tahun.
“Ada di beberapa tempat, umur pipa 75 tahun. Masih layak juga,” katanya.
Mujiaman juga mengungkapkan tidak ada penambahan kapasitas produksi air SPAM Batam dalam 7 tahun terakhir. “Tapi, produksi tidak bertambah,” terangnya.
Sehingga, menurutnya Batam membutuhkan tambahan kapasitas produksi sekitar 500 liter per detik.
Terkait data terakhir kapasitas produksi air, Direktur Badan Usaha Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam Denny Tondano tak merespons konfirmasi dikirim lewat WhatsApp redaksi BatamNow.com meski ia telah membaca pesan tersebut, Rabu (21/06) pagi.
Sementara data terakhir ATB per akhir konsesi pada 14 November 2020, mereka dengan kapasitas produksi 3.357 lpd dari kapasitas terpasang 3.610 lpd.
Sedangkan dua tahun setelah ditangani operator baru, SPAM Batam dengan kapasitas terpasang masih 3.610 lpd dan kapasitas produksi 3.430 lpd, atau hanya bertambah 73 lpd yang jauh dari hitungan Benny maupun Mujiaman. Ini data BP Batam dalam rilis pada 7 November 2022. (red)