BatamNow.com – Air minum tak mengalir (mati) dalam 6 hari ini ke beberapa area termasuk Batam Center, tapi gangguan itu tak berlaku di Gedung BP Batam yang juga terletak di pusat kota.
Itu hasil pengamatan Anggota DPRD Provinsi Kepri Uba Ingan Sigalingging yang turun langsung unjuk rasa tunggal ke BP Batam, Selasa (01/08/2023) pagi.
“Airnya mengalir. Airnya mengalir seperti Bengawan Solo, lancarlah,” kata Uba lewat telepon kepada BatamNow.com, Selasa (01/08) malam.
Ia menuding hal itu mencerminkan adanya diskriminasi oleh pengelola SPAM, BP Batam dan mitranya PT Air Batam Hilir yang merupakan perusahaan patungan dari konsorsium PT Moya Indonesia – PT Pembangunan Perumahan (Persero).
“Dari situ saja sudah kelihatan ada diskriminasi. Hak atas air itu tidak memandang status, tidak memandang jabatan, itu hak dasar manusia. Jadi dengan kondisi seperti itu, kelihatan memang sepertinya BP Batam ini, SPAM Batam dan PT Moya itu nggak punya empati terhadap kesulitan masyarakat,” tegasnya.
Paling menyakitkan lagi, lanjut Uba, warga konsumen membayar tagihan air minum, tapi ketika alirannya mati malah seperti tidak dipedulikan oleh BP Batam ataupun perusahaan mitranya mengelola SPAM.
“Masyarakat ini benar-benar ditindas dengan kondisi air yang mati begini. Sudahlah membayar, airnya mati, tidak lagi peduli. Ini yang paling menyakitkan. Ini nggak bisa didiamkan, karena mereka berpikir, selama bos-bosnya, pimpinannya itu airnya lancar, mereka nggak ada masalah,” kata Uba dengan nada kesal.
Dalam unjuk rasanya tadi pagi, General Manager SPAM Hilir Badan Usaha (BU) SPAM BP Batam Djohan Effendy menjanjikan akan mengirim truk tangki air untuk Uba dan warga yang tinggal Perumahan Taman Seruni Indah, Batam Center. Tapi bagaimana tindak lanjutnya?
“Ya, nggak ada datang,” ujarnya.
Anggota DPRD Kepri dari Komisi IV ini menegaskan, suplai dengan truk tangki itu bukan solusi konkret.
“Truk air itu adalah solusi darurat. Artinya kalau ada faktor-faktor bencana alam seperti gempa bumi, seperti tsunami. Tapi ini kan tidak ada force majure yang membuat seperti itu. Saya tentu menolak kalau dikasih air dengan model lori begitu,” tukasnya.
Alasan Uba, apakah BP Batam sedang dalam keadaan darurat hingga distribusi air minum melalui truk tangki? “Kalau darurat, mereka umumkan, artinya harus ada yang dievaluasi,” terangnya.
Ia melanjutkan, tentu yang pertama dieavluasi adalah pengelola SPAM BP Batam.
“Kalau memang kondisi darurat dan nggak mampu, berarti BP Batam mengumumkan ‘Dengan ini kami membatalkan kontrak dengan PT Moya karena PT Moya tidak mampu alias gagal total. Karena PT Moya telah dibatalkan kontraknya, maka untuk sementara ini ditangani Direktorat Air dan Limbah BP Batam. Kami memohon masyarakat memahami kondisi sementara ini, maka kami akan menyuplai dengan drum’. Itulah yang tadi disebut darurat,” jelasnya mencontohkan.
Tak Peduli Warga, PT Moya Jadi Pedagang Asongan Saja
Satu hal lagi yang sulit diterima akal sehat adalah BP Batam dan PT Air Batam Hilir sadar bahwa air tak mengalir selama enam hari ini ke beberapa daerah, tapi truk tangki air tak didistribusikan atas inisiatif sendiri, melainkan harus diminta warga lewat koordinasi RT/RW.
“Memang mereka nggak peduli. Artinya, nanti kalau masyarakat ramai-ramai datang mendemo baru mere berpikir bagaimana mengatasi persoalan air ini. Memang mreka nggak peduli,” kata Uba lagi.
Menurutnya, pelayanan buruk SPAM BP Batam ini tidak bisa didiamkan. “Ini sudah tahun ke berapa? Kan ke situ kita melihatnya. Jadi bukan hanya enam hari ini, tapi sudah sejak tahun berapa peralihan dari PT ATB ke PT Moya,” imbuhnya.
Saking geram atas kinerja pengelola baru SPAM BP Batam ini, Uba menyarakankan PT Moya Indonesia beralih kelas saja sebagai pedagang asongan yang dinilainya lebih ralistis.
“PT Moya kalau nggak mampu, jadi pedagang asongan saja jual air drum di depan Welcome to Batam di Batam Center, memang levelnya di pedagang asongan. Lebih baik begitu. Karena apa? Itu lebih realistis untuk mereka daripada mengelola air se-Batam ini tapi amburadul,” kata Uba.
Lalu bagaimana pandangan Uba soal pesona yang ditebar saat awal masa transisi bahwa PT Moya Indonesia adalah perusahaan yang profesional dan berpengalaman dalam dunia per-air minum-an?
“Pedagang asongan kan bisa profesional juga. Artinya suplai mereka lancar terus. Mungkin mereka PT Moya bisa belajar dari pedagang asongan, bagaimana suplai dan distribusi itu bisa lancar,” jelasnya.
Pengamatan Uba, pengelolaan SPAM di Batam pasca konsesi PT ATB berakhir, pengelola baru malah seperti memulai dari awal kalau melihat betapa sering terjadi gangguan layanan.
“Nah, sekarang justru ini seperti balik ke titik nol, seolah-olah meraba-raba, banyak yang bisa dibandingkan. Tetapi intinya begini, hak atas air kepada masyarakat itu harus mereka penuhi,” tegasnya.
Hak rakyat atas air minum yang tak dipenuhi, tegas Uba, tidak boleh didiamkan. Persoalan itu pun nyata dialaminya, riak-riak keluhan warga lainnya pun dia dengar dari media sosial dan pemberitaaan.
“Air di rumah saya mati 6 hari, saya sudah tidak mandi dua hari ini. Saya memperjuangkan hak saya, yang juga dialami tetangga-tetangga yang ada di perumahan saya yang kebetulan juga dialami warga-warga lain. Jadi kalaupun di dalam upaya saya memperjuangkan hak saya ini , kemudian BP Batam mendengar dan memperbaiki dan itu bermanfaat buat warga lain, itu bonus,” ucapnya.
BP Batam Cari Komponen ke Singapura, Uba: Satu Kekonyolan
Disampaikan dalam rilis BP Batam, Direktur BU SPAM Denny Tondano menyebut penyebab air mati adalah masih belum selesainya perbaikan pompa intake di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Duriangkang sejak Sabtu (29/07).
Disebutkan juga, komponen yang rusak pada dua pompa intake yakni as motor harus dicari ke Singapura dulu.
Menurut Uba, ketidaksiapan cadangan komponen sebagai pengganti adalah salah satu kekonyolan pengelola SPAM yang ditunjukkan dan diumumkan BP Batam ke publik lewat rilis.
“Itulah salah satu kekonyolan dari BP Batam, dan SPAM, dan semua pihak-pihak yang terkait dengan itu. Kan ada perencanaan. Perencanaan ini sudah mereka hitung sebelumnya, mereka sudah tahu dan antisipasinya apa terkait dengan upaya maintenance atau segala macam,” tegasnya.
Dia jelaskan, pengelolaan air minum di Batam oleh Konsorsium PT Moya Indonesia – PT PP (Persero) ini adalah bisnis jangka panjang (long-term) yang seharusnya sudah dengan berbagai persiapan.
“Artinya apa, mereka memang nggak menguasai itu, masalah distribusi dan lainnya. Jadi selama ini trial and error, coba-coba. Dan ini tentu tidak bisa diterima akal sehat kita. Karena kita sudah punya pembanding sebelumnya yaitu PT ATB,” terangnya.
Dalam rilis BP Batam juga, perbaikan as motor pompa sedot air baku Waduk Duriangkang itu diperkirakan selesai selambatnya pada Kamis (03/08).
“Itu kan perkiraan mereka. Justru apa yang mereka sampaikan itu yang paling cepat. Paling lambat berapa lama? Ya bisa 2 tahun kan,” jelas Uba.
Ia menuntut agar pengelola SPAM Batam memiliki Standar Operasional Prosdur (SOP) terkait penanganan teknis semisal terjadi galat pada mesin atau lainnya yang berdampak pada distribusi air minum.
“Harusnya mereka sudah bisa tahu. Karena ini bukan persoalan gaib, ini kan nyata bisa dihitung di atas kertas, bendanya ada, monitoringnya ada. Makanya saya bertanya-tanya, jangan-jangan mereka menganggap ini soal gaib. Kalau begitu ya pasti nggak bisa,” tandasnya. (D)