BatamNow.com – Pemko Batam maupun BP Batam, tampaknya, belum menggaet turis mancanegara lewat kapal pesiar (cruise) sebagaimana berbagai negara.
Lalu mengapa kawasan pariwisata ini tak menyasar kapal pesiar (cruise) berpenumpang?
Menurut Direktur Eksekutif Batam Tourism and Promotion Board (BTPB) Edi Sutrisno, ada beberapa kendala sehingga cruise ship tidak sandar di Batam.
Edi menuturkan, ada potensi 6 juta turis penumpang kapal pesiar di Asia setiap tahun. Tapi dari jumlah itu, hanya 200 ribu saja yang masuk ke Indonesia.
“Indonesia itu selalu nomor 6 atau nomor 7, itu hanya mendapat 200 ribu dari 6 juta. Tempat kita hebat, fantastis, terutama untuk Batam dan Kepulauan Riau (Kepri). Ini playing ground cruise ship sebenarnya, karena kita punya 2.000 pulau-pulau cantik di Kepulauan Riau,” kata Edi Sutrisno kepada BatamNow.com, pertelepon, Sabtu (08/06/2024).
Dari 200 ribu kunjungan penumpang pesair di Indonesia, sebagian besar dinikmati lima pelabuhan besar seperti Belawan, Tanjung Perak, Tanjung Priok, Benoa, dan Gili Mas.
Itulah 5 destinasi pelabuhan yang sering disinggahi oleh kapal-kapal cruise besar dari seluruh dunia.
“Padahal Kepri itu playing ground salah satu yang terbaik di Sumatera kalau ngomongin Sumatra bagian Barat. Pulau-pulau cantiknya ya ada di Kepri. Dalam konteks Batam, penghambatnya satu, berbicara tentang infrastruktur, pelabuhan-pelabuhan di Batam itu banyak yang untuk pelabuhan khusus kapal yacht, untuk marina kita sudah oke Nongsa Point Marina, Bandar Bentan Telani, itu yang dilabuhi kapal yacht, kapal pesiar dalam konteks kecil,” jelas Edi.
Padahal, katanya, Batam bisa menjadi entry point wisatawan penumpang kapal pesiar dengan menawarkan pulau-pulau di Kepri seperti Natuna, Kepulauan Anambas, Lingga, serta Bintan sebagai destinasi tujuan atau playing ground.
Tetapi, tentunya Batam butuh pelabuhan dengan alur laut cukup dalam untuk bisa berlabuh cruise ship nan besar.
Sementara Batam tidak punya pelabuhan khusus untuk kapal pesiar, kecuali untuk kapal milik Pelni yang sandar di Pelabuhan Batu Ampar dan sebagainya.
Dia pun menggambarkan HarbourFront Ferry Terminal di Singapura, kota negara yang sepelemparan batu dari Batam.
Di pelabuhan Sigapura itu, penumpang yang turun dari pesiar, tidak akan mengalami kehujanan dan kepanasan karena punya sea bridge (jembatan laut).
“Jadi orang pergi ke sana, langsung naik ke kapalnya. Kalau kita kan nggak, harus lari-lari nanti kalau hujan, kehujanan semua. Bayangkan wisatawan asing begitu sandar di Batu Ampar kemudian kehujanan kan ngak mungkin lucu, ya karna kita tidak punya fasilitas yang memadai,” ujar Edi.
Dia pun menyarankan gagasan kepada pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah, untuk membangun pelabuhan khusus kapal pesiar.
Kendala yang kedua, menurut Edi, setiap pelabuhan itu juga harus menyiapkan infrastruktur teknologi untuk kenyamanan wisatawan.
“Semua itu pelabuhan yang di Malaysia, di Singapura, di Thailand itu semua by online. Semua itu orang-orang pelabuhannya belum memadai gimana mau backup oleh teknologi,” ujar Edi.
Yang ketiga, tambahnya, masih ada kendala terkait tingginya biaya sandar kapal pesiar. Di Indnesia saja, tarifnya berbeda antara Pelabuhan Tanjung Perak dengan Benoa.
“Jadi belum ada standarisasi untuk bersandar, jadi tidak terukur. Karena apa? Mereka ada biaya sandar yang diukur dari tonase kapal, tetapi belum terukur tarifnya. Jadi kalau di luar negeri itu sekali bayar ya udah satu pintu, kita nggak, bayar sana bayar sini sama ‘oknum-oknum nakal’,” jadi tidak ter kondisikan mengenai tarifnya” jelas Edi.
Pentingnya menyasar turis kapal pesiar ini, sebab akan menghasilkan multiplier effect baginperekonomian lokal di Batam khususnya, dan Kepri umumnya.
“Orang asing yang menggunakan cruise, pengeluaran duitnya lebih gede ketimbang yang di darat itu. Bisa-bisa per kunjungan USD 1.000 lah rata-rata, berarti nanti kalau ada cruise potensinya besar ke rakyat kita,” ujarnya.
Lalu apakah Batam menyasar turis berkualitas pengguna kapal pesiar?
Wacana pembangunan pelabuhan yang mampu disandari kapal pesiar, sudah pernah didengungkan pihak BP Batam.
Diberitakan pada tahun 2015, Direktur Perencanaan dan Pembangunan BP Batam Imam Bachroni menjelaskan bahwa akan dikaji soal pembangunan pelabuhan kapal pesiar yang akan digabungkan dengan Pelabuhan Beton di Sekupang yang dulunya menjadi tempat berlabuh kapal Pelni.
Dikonformasi, apakah masih ada rencana membangun pelabuhan kapal pesiar di Batam, Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait belum merespons pesan konfirmasi yang sama dikirim BatamNow.com, Sabtu (08/06). (Aman)