BatamNow.com, Jakarta – Miris saat kembali mendengar ada rumah yang dijadikan tempat memproduksi narkoba jenis sabu. Sebab, hal tersebut bukan kali pertama ditemukan.
Seperti baru-baru ini, penggerebekan yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kepulauan Riau (Kepri), terhadap sebuah rumah di Jalan Pandan Laut No 23 Cluster Nirwana Perumahan Sukajadi, sebuah perumahan elit di Batam Center pada Selasa (19/07/2022).
“Pengungkapan rumah produksi narkotika di Batam menjadi cermin bahwa peredaran narkoba masih demikian masif di negeri ini. Belum bisa ditangani dengan paripurna,” ujar Dr Hinca Panjaitan Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat daerah pemilihan Sumatera Utara III, ketika dikonfirmasi BatamNow.com, Jumat (22/07/2022).
Menurutnya, sebagai wilayah kepulauan, harusnya pengawasan dilakukan lebih ketat lagi, utamanya di kawasan perairan. “Kita perlu penambahan personel, perlu penambahan armada patroli, dan penguatan teknologi. Tentunya itu butuh biaya yang cukup besar. Silakan Presiden Jokowi dan Kapolri yang bisa menjawab itu,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Demokrat periode 2015-2020 ini.
Terkait kemungkinan adanya keterlibatan aparat yang melakukan pembiaran, Hinca menilai, bukan tidak mungkin terjadi demikian. “Suara sumbang seperti itu sering kita dengar. Salah satu contohnya pernah terungkap di Riau pada tahun 2020. Oknum aparat terlibat sindikat pengedaran narkoba di jalur laut. Apakah ada di tempat-tempat lainnya? Mungkin saja,” terangnya.
Secara lugas, Hinca menerangkan, harus diakui, saat ini bandar-bandar narkoba sudah memanfaatkan peralatan yang canggih. “Sebagai negara nomor dua dengan garis pantai terpanjang di dunia, membuat kita cukup lengah dalam hal pengawasan. Tanpa kita sadari, 90% perdagangan global dilakukan melalui jalur laut (UNODC, 2017) dan tentunya dampak kejahatan maritim tidak dapat dihindari dengan mudah. Arus perputaran uangnya ada di sana, di atas permukaan laut. Ketika teknologi kita semakin antipatif dan mampu menekan kejahatan peredaran narkoba di jalur udara dan darat, tampaknya untuk menerangi gelapnya peredaran narkoba di laut masih jauh dari kategori cukup,” urainya.
Meski demikian, sambungnya, tidak hanya Indonesia yang demikian, negara-negara lain seperti Swedia, Denmark, Spanyol, Kanada, Kolombia, Venezuela, Brazil, dan masih banyak negara-negara lainnya yang harus memutar otak untuk mencegah peredaran narkoba melalui jalur laut.
Hinca mengatakan, saat ini teknologi terbaru yang cukup “gila” dalam peredaran narkoba jalur laut baru saja terjadi di Spanyol. Pada awal Juli 2022, Kepolisian Spanyol baru saja membongkar sebuah geng narkoba yang kedapatan memiliki drone yang dapat bergerak di dalam air dan dioperasikan tanpa awak serta memiliki daya jumlah angkut yang besar. “Jika peredaran narkoba sudah seperti ini, tentunya para aparat akan semakin sulit untuk memanjat piramida bandar narkoba. Ini sudah terlampau gila,” tegasnya.
Karena itu tak heran, kalaupun pengawasan kita dikatakan lemah. “Sudah pasti. Patroli laut yang kita miliki jauh dari ideal. Pekerjaan rumah kita masih sangat banyak, dan saya lihat pemerintah belum serius mengatasi itu,” katanya.
Terkait dengan visi Indonesia Bersih Narkoba (Bersinar), menurut Hinca, tidak ada yang salah dengan mimpi dan cita-cita. “Tinggal bagaimana pemerintah mampu mengukur kemampuannya untuk membuat negara ini benar-benar bersih dari narkoba. Jangan sampai itu hanya menjadi tagline tanpa aksi,” pungkasnya. (RN)