Catatan Ringan Redaksi BatamNow.com
Suhu politik di Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Batam, kini, sedang memanas.
Pasangan Amsakar Achmad (AS) – Li Claudia Chandra (LI) yang diberi kode ASLI, tengah riuh dalam perbincangan publik dan di jagat maya (media sosial) warga Kota Batam.
Pasangan calon ini diyakini menjadi pasangan tunggal dalam kontestasi politik Pilwako Batam pada 27 November mendatang.
Direkomendasikan oleh konfigurasi mayoritas 11 dari 12 partai atau 43 dari 50 kursi di DPRD Kota Batam, periode 2024-2029. Publik pun banyak berdecak kagum.
Kecuali PDIP yang memiliki 7 kursi belum menentukan atau mengumumkan sikap.
Jika rekomendasi semua partai itu konsisten hingga last minute pada pendaftaran di KPU pada 27-29 Agustus mendatang, peserta tunggal yang akan berhadapan dengan kotak suara tanpa nama (kotak kosong) di Pilwako Batam 2024, memang tak terbantahkan.
Di sisi lain, anomali peta politik Pilwako Batam, dikabarkan, membuat Marlin Agustina (MA) – Jefridin Hamid (JH) dan kubunya serasa terpukul.
Sebab selama ini, nama keduanya, terlebih MA tak asing lagi. Cukup lama mencuat sebagai figur yang akan maju dalam Pilwako Batam dengan segala optimismenya. Tapi kenyataannya mejadi tersisih.
Meski dikabarkan, JH, sudah menerima realitas politik ini dan mengucapkan selamat kepada ASLI, publik masih banyak yang bertanya.
Belum lagi soal Partai NasDem DPW Kepri yang dinakhodai H Muhammad Rudi (HMR) yang tak mampu memperjuangkan tiket MA-JH, juga masih menyisakan pertanyaan.
Sebagai catatan, partai itu memiliki 10 kursi di DPRD Kota Batam, hasil Pileg lalu dan sebenarnya dapat mengusung satu pasang calon.
Sementara AS yang menjabat Ketua DPD NasDem Kota Batam itu sempat diisukan dikeluarkan dari struktur partai.

AS Sempat Wacanakan Lewat Jalur Independen
Liku perjalanan politik AS menuju bakal calon (bacalon) Wali Kota Batam periode 2024-2029, harus diakui sempat sempoyongan kala belum satu partai pun yang meliriknya
Belum lagi konflik yang terjadi antara HMR dengan AS, sebagai pasangan pemimpin Kota Batam, periode 2019-2024. Hubungan mereka berdua retak di tengah jalan. Efeknya banyak memandang AS sudah tersingkir dari ranah politik Kota Batam.
Dalam kebuntuannya lewat jalur partai, AS, sempat mewacanakan lewat jalan panjang nan berliku, yakni calon independen.
Namun usaha dan nasib seseorang siapa yang tahu. Di tengah dinamika “pergulatan” politiknya, tetiba saja terbuka peluang untuk AS.
AS dengan LI “dijodohkan” sebagai bacalon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam, lewat dukungan secara bertahap dari 90 persen lebih dari jumlah partai yang punya 86 persen kursi di DPRD Kota Batam,
Banyak meyakini kehadiran figur LI dari Partai Gerindra itulah yang kemudian menyibak tirai penghalang selama ini bagi AS.
Apalagi, LI datang ke Batam dengan misi khusus yang terukur dengan target hanya menggaet posisi wakil wali Kota Batam dan siap untuk berpasangan dengan siapapun yang berpotensi menjadi bacalon wali Kota Batam periode 2024-2029.
Dan tentang komposisi itu sudah jelas dalam rekomendasi semua partai pengusung maupun pendukung dan pasangan itu siap menerimanya.
Soal target dari partainya, kabarnya, jauh sebelumnya sudah pernah dikomunikasikan LI dengan satu petinggi penting kota ini dalam satu momen pertemuan di Batam.
Namun, dari bocoran komunikasi itu, kurang mendapat respons positif.
Malah, kabar yang beredar, jawaban yang didapat kala itu seperti membuat LI kurang nyaman. LI seperti dipandang sebelah mata.
Di momen itu, petinggi itu disebut, justru balik menjelaskan tentang rencana dan skenario pencalonan istrinya yang untuk maju ke “Batam 1”.
Hingga hasil komunikasi itu, kabarnya, disampaikan utuh ke petinggi partainya.
Waktu berjalan terus. Banyak pihak menyebut bahwa suksesnya peran diplomasi politik Partai Gerinda, sebagai pengusung, di balik mengalirnya dukungan partai lain ke ASLI.
Bagaimana pun semua tahu sekarang ini bahwa kemampuan dialektika politik setiap partai pemenang pemilu presiden di pentas perpolitikan nasional akan mengalir tanpa hambatan yang berarti.
Adagium dalam ranah politik bahwa tak ada musuh abadi, yang abadi ialah kepentingan yang sama, bukan satu hal yang baru.
Demikianlah pada akhirnya ASLI yang tadinya berada dalam suasana redup dan sempat dipandang sebelah mata, kini menyala.
Meski begitu, perjuangan mereka ke depan masih harus berpeluh lagi hingga berhadapan dengan kotak kosong sebagai penentu keterpilihan mereka. Paling tidak harus dapat meraih angka 50 persen plus 1, dari suara sah pemilih.
Berkontestasi dengan kotak kosong di proses Pilwako Batam satu hal yang masih langka, meski bukan yang pertama kali di beberapa daerah di Indonesia.
Suka atau tidak suka,—fenomena ASLI akan berhadapan dengan kotak kosong adalah satu realita politik yang juga menjadi bagian proses atau wujud demokrasi itu sendiri. (*)