BatamNow.com – Kehadiran pelabuhan penumpang internasional baru di Batam menambah daya saing kawasan ini.
Pada Senin (14/04/2025), Pelabuhan Khusus Gold Coast di Bengkong, Batam diresmikan menjadikan total pelabuhan penumpang internasional di Batam kini berjumlah enam.

Jumlah tersebut mengungguli Singapura yang hanya memiliki dua pelabuhan feri penumpang internasional, yakni HarbourFront Ferry Terminal dan Tanah Merah Ferry Terminal.
Sementara itu, di wilayah Johor, Malaysia, terdapat tiga pelabuhan ferry internasional, yaitu: Stulang Laut Ferry Terminal (Berjaya Waterfront), Puteri Harbour International Ferry Terminal (PHIFT), Pasir Gudang Ferry Terminal.

Adapun enam pelabuhan internasional di Batam adalah: Batam Center Ferry Terminal, Sekupang Ferry Terminal, Teluk Senimba Ferry Terminal (Tanjung Riau), Harbour Bay Ferry Terminal (Sei Jodoh), Nongsa Pura Ferry Terminal (Nongsa), dan Gold Coast Ferry Terminal (Bengkong – yang baru diresmikan).
Meskipun lalu lintas penumpang internasional ke Singapura sangat padat setiap harinya, utamanya dari Batam, Karimun, Tanjungpinang, dan Bintan, namun Singapura tetap mempertahankan jumlah pelabuhan ferinya yang terbatas.
Pengamat internasional, Patric Micael, menyampaikan bahwa Singapura sangat berhati-hati dalam memperluas jumlah pelabuhan feri penumpang internasional karena alasan keamanan lintas negara.
“Sebagai negara yang sangat menjaga reputasi dan keamanannya, Singapura tidak ingin kecolongan dalam hal pengawasan orang asing,” jelas Patric.
“Menambah pelabuhan berarti memperluas titik pengawasan, dan itu bukan hal yang mudah,” tambahnya.
Peresmian Gold Coast Disambut Positif
Publik menyambut baik peresmian Gold Coast International Ferry Terminal Bengkong. Beberapa undangan menyebut momen ini luar biasa karena dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara, seperti: Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Wakil Ketua KPK Johanis Tanak, perwakilan dari Kementerian Imigrasi, KSOP, dan instansi lainnya.
Dalam sambutannya, AHY menegaskan bahwa penambahan pelabuhan internasional tidak hanya berorientasi pada peningkatan fasilitas dan ekonomi, namun juga pada aspek pengawasan dan pengamanan.
“Dengan bertambahnya pelabuhan, potensi ancaman juga meningkat. Maka pengawasan harus semakin kuat,” ujar AHY.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo turut menekankan pentingnya pengawasan terhadap penyelundupan PMI (Pekerja Migran Indonesia) ilegal. Ia menyebutkan bahwa Batam menjadi titik transit utama, sehingga pengawasan di setiap pelabuhan harus diperkuat.
“Modus pengiriman PMI ilegal kini juga melalui pelabuhan resmi. Ini harus diantisipasi,” katanya.
Sementara Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus (Romo Paschal), Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran dan Perantau (KKPPMP), juga mengingatkan perlunya komitmen bersama untuk mencegah pelabuhan internasional menjadi jalur penyelundupan PMI.
Ia mencatat, dalam empat bulan pertama 2025, 1.307 PMI telah dideportasi dari Malaysia, dan sebagian besar berangkat melalui pelabuhan resmi di Kepri, seperti Batam Center dan Harbour Bay.
Batam yang semakin berkembang sebagai gerbang internasional, keamanan menjadi prioritas utama selain pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah daerah bersama aparat penegak hukum diharapkan bisa merumuskan solusi konkret, termasuk: Penambahan petugas dari instansi terkait (Bea Cukai, Imigrasi, Kepolisian, KSOP).
Selain itu juga peningkatan fasilitas pengawasan di setiap pelabuhan, dan penerapan sistem teknologi pengamanan terkini.
“Penambahan pelabuhan adalah kemajuan, tapi juga tanggung jawab besar,” tutup Patric Micael. (Red)