BatamNow.com – Masifnya pengkavelingan lahan di Batam, dari wilayah perbukitan hingga ke garis pantai, kian mencemaskan.
Salah satu yang kini terdampak adalah kawasan Ekowisata Mangrove “Pandang Tak Jemu” di Kampung Tua Bakau Serip, Kecamatan Nongsa.
Keresahan muncul setelah ditemukannya patok-patok merah yang ditancapkan di sepanjang pantai mangrove yang selama ini dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Belum diketahui siapa yang menancapkan patok-patok tersebut.
Kawasan ekowisata ini merupakan salah satu destinasi unggulan dan pernah meraih juara 3 kategori souvenir dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022.
Kawasan ini dikelola oleh dua kelompok masyarakat, yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang beranggotakan 15 orang, serta Kelompok Masyarakat Pengawas Lingkungan (Pokmaswas). SK Pokmaswas dari DKP Provinsi Kepri dan SK Pokdarwis dari Dinas Pariwisata Kota Batam.
Menurut pantauan BatamNow.com, terdapat empat patok merah yang telah ditancapkan, masing-masing berjarak sekitar 20 meter, dan sebagian telah memasuki area konservasi mangrove seluas sekitar 10 hektare.
Gerry D Semet, pengelola Ekowisata Mangrove “Pandang Tak Jemu”, mengaku terkejut dan bingung dengan keberadaan patok-patok tersebut. “Sekarang kami bertanya-tanya, tiba-tiba muncul patok merah di pinggir sana,” katanya.
“Katanya atau diduga dari PT PEP, tapi tidak jelas. Kami khawatir akan berdampak ke ekowisata yang sudah kami jaga sejak 2014,” ujarnya kepada BatamNow.com.
Ia menambahkan bahwa lokasi ekowisata tersebut bersebelahan dengan bekas areal Hotel Purajaya yang telah dibongkar oleh BP Batam dan kini tengah bermasalah.
Gerry menyebut kawasan Ekowisata Mangrove ini sering dijadikan objek penelitian oleh berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia. Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) telah beberapa kali melakukan penelitian di sana.
Bahkan, kawasan ini pernah mendapat kunjungan dari Sandiaga Uno saat menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Pak Sandiaga Uno juga sudah pernah datang ke sini dan sangat mengapresiasi pelestarian kawasan mangrove yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini,” tambahnya.
Kini, para pengelola khawatir kawasan ini bisa bernasib seperti kasus pengkavelingan laut dan pesisir di PIK 2, Kabupaten Tangerang, yang memicu polemik nasional.
Pasalnya, pengkavelingan lahan di Kecamatan Nongsa kini semakin meluas, dari daratan hingga garis pantai.
Hingga kini belum ada kejelasan apakah pengkavelingan di berbagai titik di Kecamatan Nongsa telah mendapat alokasi resmi dari BP Batam.
Minimnya papan informasi proyek membuat masyarakat makin resah, termasuk terhadap keberadaan patok merah di pantai Ekowisata Mangrove “Pandang Tak Jemu”. (Hendra)