BatamNow.com – Warga kampung-kampung di Pulau Rempang masih ketakutan kampungnya direlokasi ataupun digeser ke tempat lain.
Itu disampaikan para warga Pulau Rempang yang diwawancarai BatamNow.com di beberapa kampung di Kelurahan Sembulang dan Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Kamis (28/09/2023).
Pantauan BatamNow.com di beberapa kampung di Rempang, Kamis siang, tak terlihat aktivitas nelayan yang adalah mayoritas mata pencaharian warga di sana.
Tampak juga sampan maupun speedboat yang mesinnya dicabut, diparkir di tepi pantai. Pengakuan warga, mereka masih was-was melaut meninggalkan kampungnya.
Syamsudar (54) warga Kampung Sembulang Hulu yang berprofesi sebagai nelayan, mengaku tidak nyaman lagi melaut mencari ikan semenjak kampungnya terancam direlokasi.
“Memang penghasilan nelayan itu tidak pasti. Tapi kehidupan kami di sini merasa nyaman. Tapi sekarang ini kami sudah tak nyaman lagi,” katanya kepada BatamNow.com di Kampung Sembulang Hulu, Kamis (28/09).
Ketidaknyamanan serupa, kata Syamsudar, juga dialami warga yang berprofesi sebagai pekebun.
“Misalnya warga yang berkebun menanam cabai. Karena tidak fokus, tidak mungkin kita mendapat buah hasilnya,” jelasnya.
Menurutnya, ketidaknyamanan itu benar-benar mulai mengganggu mata pencaharian warga sejak 28 Agustus 2023, hari jilid pertama demo penolakan relokasi 16 kampung tua, di depan Kantor BP Batam.
Soal cara menjaga dapur tetap mengepul, lanjutnya, itu mereka usahakan bagaimana pun caranya meski masih tetap berjuang menolak relokasi.
“Allah itu maha besar, kita yakin sama Allah. Jadi rezeki itu ada saja ada yang membantu apalagi ada posko,” ucapnya.
Warga Sembulang Hulu menegaskan bahwa mereka telah hidup turun-temurun di kampung yang kini berjumlah 91 KK tersebut.
“Bergeser sejengkal pun kami tidak mau,” kata Syamsudar yang sudah beranak pinak hingga 7 keturunan di Sembulang Hulu.
Pantauan BatamNow.com di lokasi, puluhan warga di Kampung Sembulang Hulu berkumpul di Posko Bantuan Hukum Solidaritas Nasional untuk Rempang yang didirikan di tepi jalan tak jauh dari gapura kampung tersebut.
Kesulitan dan ketakutan dialami warga Kampung Sembulang Hulu juga dirasakan warga Kampung Pasir Merah, Kampung Tanjung Banun, Kampung Dapur 6, Kampung Pasir Panjang, yang diwawancarai langsung BatamNow.com, Kamis (28/09).
“Ya terganggu lah pak karena masalah ini. Ini sejak tiga hari setelah peringatan hari kemerdekaan,” kata Nasir nelayan warga asli Kampung Tanjung Banun, kepada BatamNow.com, Kamis.
Sebelum terancam relokasi dari kampungnya, Nasir melaut hampir setiap hari untuk mencari ikan, kepiting, hingga gonggong.
“Sekarang kalau kita mau melaut, ya takut kampung kita kenapa-kenapa. Melaut tidak bisa lama-lama, tidak bisa jauh-jauh,” keluhnya.
Meskipun Kampung Tanjung Banun tidak termasuk lokasi yang terdampak tahap awal pengembangan Rempang Eco-City, kata Nasir, warga di sana tetap saja ketakutan direlokasi nantinya.
“Ketakutan itu tetap ada,” ucap Nasir.
Herman warga Kampung Dapur 6, Sembulang, pun sama mengungkapkan ada kekhawatirannya meski kampungnya tidak termasuk dari 5 kampung yang bakal digeser untuk tahap awal pengembangan Rempang Eco-City.
“Kadang terganggu juga kita, harus pulang cepat,” katanya kepada BatamNow.com, di Kampung Dapur 6, Kamis (28/09).
Hal senada disampaikan warga Kampung Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, di Pulau Rempang.
“Saya juga tidak tenang lagi melaut karena takut relokasi ini,” kata Azman (50), kepada BatamNow.com, di Kampung Pasir Panjang.
Di Posko Bantuan Hukum Solidaritas Nasional untuk Rempang di Kampung Pasir Panjang, warga berkumpul hari ini, Kamis (28/09), untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Hingga kini, warga kampung-kampung di Rempang masih kukuh mempertahankan tanah yang telah mereka duduki dan kelola sejak ratusan silam secara turun-temurun.
Diberitakan, pemerintah mengubah rencana relokasi yang semula dari Pulau Rempang ke Pulau Galang menjadi tetap di areal di dalam Pulau Rempang juga.
Tahap awal pengembangan Rempang Eco-City, ada 5 kampung dari 16 kampung yang akan “digeser” karena terdampak Program Strategis Nasional Rempang Eco-City.
Kelimanya, yakni Belongkeng, Pasir Panjang, Sembulang Tanjung, Pasir Merah, dan Sembulang Hulu, yang bakal digeser ke Kampung Tanjung Banun masih di Pulau Rempang.
Meskipun begitu, warga Rempang utamanya yang ada di Kelurahan Sembulang masih kukuh tidak mau dipindah, direlokasi, ataupun digeser sejengkal pun dari kampung yang telah dihuni turun-temurun sampai kini.
Sebelumnya juga disebutkan bahwa 28 September 2023 menjadi deadline pengosongan Pulau Rempang. Itu, katanya, agar investasi tersebut tidak lari ke luar Kota Batam. (D/LL)