BatanNow.com – “Hentikan intimidasi terhadap warga yang menolak relokasi”.
Itu satu dari 4 poin tuntutan massa demo dari Aliansi Pemuda Melayu termasuk warga Pulau Rempang, Galang, saat melakukan aksi demo di depan Kantor BP Batam, Rabu (23/08/2023).
Beberapa dari pendemo kepada BatamNow.com membenarkan adanya intimidasi terhadap warga yang menolak relokasi di Pulau Rempang dan Galang. “Hampir mirip dengan intimidasi di era Orde Baru,” kata mereka.
Dikatakan, tindakan intimidasi dapat dilihat dari kedatangan mendadak dari tim pengukur lahan ke Pulau Rempang.
Kemudian dihalau oleh warga dari Jembatan IV Barelang atau Jembatan Sultan Zainal Abidin pada Senin (21/08).
“Kan belum ada kesepakatan dengan warga, tetiba tim pengukur dengan berpakaian kesatuan masing-masing datang membawa patok-patok tapal batas,” kata mereka.
Belum lagi, kata mereka, yang diami Ketua Kerabat Masyarkat Adat Tempatan (KERAMAT), yang didatangi tim dari Ditreskrimum Polda Kepri pada Minggu (13/08) lalu.
Beruntung, emak-emak pasang badan, sehingga Gerisman Ahmad tak jadi di bawa ke Mapolda.
Demikian juga saat kedatangan Kepala BP Batam Muhammad Rudi di Kantor Camat Galang di Kelurahan Sembulang, Pulau Rempang, yang melakukan pertemuan dengan beberapa warga.
Saat itu, ujar mereka, banyak “tim” berseliweran diam-diam masuk ke kampung-kampung warga tempatan di Rempang. “Untung kami tak pergi menghadiri pertemuan dengan Muhammad Rudi, sehingga kami halau dan akhirnya mereka mundur juga,” ujarnya.
“Kemarin kan ada sosialisasi pak Rudi datang ke Sembulang, cuma terlalu banyak bawa pasukan, lewat atas, lewat laut, jadi kan curiga. Nyatanya nggak pernah kayak gini. Nggak lama itu, dapat tahu bahwa tim yang lain itu masuk menyelinap ke kampung-kampung untuk mengukur di Tanjung Banun, Dapur Enam,” jelasnya.
Untuk itu mereka meminta, siapa pun dan dari kesatuan manapun jangan coba-coba ganggu warga dengan cara mengintimidasi.
“Kita bukan menolak pengembangan kawasan ekonomi di Rempang oleh PT MEG, tapi kampung kita jangan digusur,” sebutnya. (red)