BatamNow.com – Pengembangan Pulau Rempang, Galang, Kota Batam yang digaungkan dengan investasi jumbo Rp 381 triliun, ternyata dimulai dari kolaborasi PT Makmur Elok Graha (MEG) dengan perusahaan besar dari Cina.
PT MEG yang dipercaya BP Batam mengelola 17 ribu hektare lahan se-Pulau Rempang ditambah sebagian di Pulau Galang hingga tahun 2080, berkolaborasi dengan Xinyi International Investments Limited (Xinyi Group) dari Cina.
Rencana investasi dari Xinyi Group ini sebesar Rp 172 trilliun diperkirakan menciptakan 35.000 lapangan pekerjaan. “Dan ini akan berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha nasional,” kata Bahlil.
Lewat seremoni Jumat (28/07/2023), di Chengdu, China, PT MEG menandatangani nota kesepakatan (MoA) dengan Xinyi Group yang bakal berinvestasi US$ 11,5 miliar atau Rp 172,5 triliun di kawasan yang dinamai Rempang Eco-City itu.
Nota kesepakatan yang diteken bersama itu terkait kerja sama penggunaan lahan di wilayah Rempang untuk pengembangan Photovoltaic Solar Industrial Park (PSIP).
Adalah perusahaan dengan pabrik kaca terbesar di dunia dari Cina yang akan berinvestasi di Pulau Rempang, kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sebagaimana disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (28/07).
Xinyi Group, perusahaan Cina itu, katanya, salah satu yang terkemuka dalam industri kaca dan solar panel.
Publikasi selama ini, taksasi investasi tahap pertama dari PT MEG diperkirakan Rp 29 triliun.
PT MEG adalah satu-satunya yang mendapat alokasi lahan utuh se-Pulau Rempang dalam mengembangkan “The New Engine of Indonesia’s Economic Growth dengan konsep Green and Sustainable City”.
Bahlil menambahkan, komitmen rencana investasi perusahaan Cina dituangkan dalam satu penandatanganan perjanjian kerja sama dan nota kesepakatan antara Indonesia dan Xinyi Group yang turut disaksikan Jokowi.
Ini, ujarnya, oleh-oleh hasil kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Chengdu, China pada 27 Juli 2023.
Pabrik kaca yang akan dibangun di Rempang, digadang-gadang akan menjadi yang terbesar kedua di dunia, setelah milik Xinyi Group di Cina. Ini merupakan bagian dari hilirisasi pasir kuarsa dan bahan baku lainnya yang yang dibangun pemerintah Indonesia. (red)