BatamNow.com – Hampir semua sudah tahu apa yang terjadi di pusaran polemik Pulau Rempang yang menghebohkan itu.
Paling tidak dalam tiga bulan terakhir, terjadi unjuk rasa dua jilid mewarnai polemik itu. Rusuh tak terelakkan ekses dari unjuk rasa di depan gedung berlogo Elang Emas BP Batam itu.
Masyarakat Rempang terpaksa berhadapan dengan tim aparat gabungan hingga bentrok fisik dan beberapa dari warga korban tembakan gas air mata, termasuk anak-anak sekolah. Soal peristiwa yang “mengguncang” Indonesia ini, Jembatan Sultan Zainal Abidin (Jembatan IV Barelang) cukup menjadi saksi bisu.
Namun aneh bin ajaib di tengah polemik masih buntu, dalam dua kali pertemuan saja Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sepertinya menemukan solusi yang mak jleb.
Hasil kesepakatan sementara antara Bahlil Lahadalia dengan warga Pulau Rempang seperti bisa meng-cut off polemik yang masih memanas se-Nusantara.
Bahlil Lahadalia memang datang langsung dari Jakarta ke Pulau Rempang atas perintah Presiden Jokowi yang menyebut masalah Pulau Rempang muncul karena kurang lancar komunikasi pemerintah dengan masyarakat.
Bahlil Lahadalia langsung tancap gas. Terbang dari Jakarta ke Pulau Rempang berkomunikasi langsung dari hati ke hati dengan warga dan para tokoh masyarakat di sana.
Bahlil Lahadalia memosisikan dirinya sebagai anak yang menemui orang tuanya, tidak seperti cara-cara selama ini yang terkesan dengan arogansi kekuasaan yang terkesan otoriter.
Entah apa skenario di balik upaya penyelesaian kali ini. Bahlil Lahadalia tak lagi melibatkan Gubernur Kepri Ansar Ahmad, apalagi Wali Kota Batam ex-officio Kepala BP Batam Muhammad Rudi sebagai penguasa Batam, seperti kedatangannya sebelumnya.
Padahal sebelumnya, yakni pada Minggu (13/08/2023), Bahlil Lahadalia datang ke Pulau Rempang menemui warga masih didampingi Ansar Ahmad dan Muhammad Rudi serta unsur Forkopimda Batam dengan pengawalan ketat dan tak membuahkan hasil lalu beberapa hari kemudian pecah lah bentrok itu.
Namun dalam pertemuan dengan warga Rempang pada Minggu (17/09/2023) malam, Bahlil Lahadalia datang hanya ditemani beberapa rombongannya saja dari Jakarta.
Dipantau langsung oleh wartawan BatamNow.com, pertemuan silaturahmi malam itu berlangsung sekitar 3 jam. Bahlil Lahadalia datang langsung ke Pantai Melayu sekitar pukul 18.30 dan kembali pukul 21.00 setelah berdiskusi.
Kemudian esoknya, Senin (18/09/2023), Bahlil Lahadalia datang lagi sekitar pukul 12.00 dan pertemuan berakhir pukul 14.00.
Ditanya wartawan BatamNow.com, mengapa tak melibatkan Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan Wali Kota Batam ex-officio Kepala BP Batam Muhammad Rudi yang juga Ketua Pengarah Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Rempang Eco-City, pada pertemuan kali ini?
Bahlil Lahadalia menjawabnya singkat, “Itu urusan wali kota lah, saya kan menteri. Masak saya mau diatur wali kota”.
Hasil Pertemuan Dibawa ke Presiden
Usai acara silaturahmi di Pantai Melayu, Senin (18/09), Bahlil Lahadalia mengadakan pertemuan dengan warga, RT/RW dan tokoh masyarakat Rempang di Restoran Barelang Seafood, menyepakati konklusi dari polemik relokasi.
“Solusinya sudah kita dapatkan, dimana hak-hak rakyat tetap kita jaga, hak-hak kultural sebagai hak kesulungan juga kita hargai, namun andaikan ada pergeseran tetap masih di wilayah Pulau Rempang dan kita juga sudah setujui,” jelasnya.
Kini, kata Bahlil, tugasnya tinggal membawa penawaran solusi ini ke Pemerintah Pusat atau Presiden Jokowi.
“Nanti saya akan umumkan. Yang jelas di antara tokoh-tokoh, sudah kita sepakati. Tempatnya di mana? Besok akan kami umumkan. Tapi secara 90-95 persen, insya Allah sudah clear,” jelas Bahlil, kemarin.
Lalu, upaya elegan Bahlil Lahadalia inikah awal dari penyelesaian konkret polemik Pulau Rempang?
“Banyak berharap begitu,” kata beberapa warga Batam ke BatamNow.com. (tim)