BatamNow.com, Jakarta – Kepiluan dan rasa hati teriris dirasakan warga Rempang bila mendengar kabar rencana penggusuran warga di 16 kampung tua di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, dari tanah yang mereka sudah diami sejak 189 tahun silam.
Namun, slogan ‘Takkan Melayu Hilang di Bumi’ seolah menjadi benteng kuat yang menggelora dalam diri setiap warga Rempang untuk menolak upaya relokasi mengatasnamakan investasi tersebut.
Sejak dulu, upaya peminggiran warga Melayu dari tanahnya sendiri kerap terjadi di berbagai tempat. Sebagai sebuah etnis yang kaya akan budaya, religi, dan kesantunan, Melayu yang memiliki arti harfiah ‘merunduk’ ini, kerap dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Padahal, merunduknya warga Melayu, ibarat padi yang berisi bulir-bulir. Bahkan, bisa diartikan Melayu adalah komunitas budaya yang cerdas dan berisi, namun tetap rendah hati.
Pada kasus warga Rempang yang diisukan mau digusur dan wilayahnya mau dibangun oleh investor asal Cina ini, menjadi salah satu bukti konkret bahwa pemerintah pun tidak berpihak pada etnis Melayu yang menjadi penghuni mayoritas di pulau tersebut.
Wacana penggusuran ini sontak membangkitkan jiwa korsa warga Rempang yang tertuang dalam slogan ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’. Warga Rempang siap berjuang mati-matian mempertahankan tiap jengkal wilayahnya. “Kami tak akan mundur setapak pun. Tanah ini peninggalan leluhur dan untuk anak-cucu kami. Tidak bisa seenaknya saja diambil mengatasnamakan apapun juga,” tukas Ketua Kerabat Masyarakat Adat Tempatan (KERAMAT) Gerisman Achmad, di Jakarta, Kamis (22/06/2023).
Spirit korsa warga Melayu begitu tinggi menolak penggusuran. “Silakan berinvestasi, tapi jangan ganggu 16 kampung tua di Rempang,” tegasnya.
Soal slogan ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’, Gerisman membenarkan itu slogan sekaligus penyemangat warga Melayu untuk menolak upaya peminggiran oleh pihak manapun juga. “Kami meyakini bumi dan tanah tempat lahir, tinggal dan menetap, bahkan sampai meninggal orang-orang Melayu itu adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa. Itu satu kesatuan yang tak terpisahkan, seperti pepatah kami, ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’,” terangnya.
Karena itu, kalau ada pihak-pihak yang ingin menggusur, maka orang Melayu siap melakukan perlawanan. “Kami mau selalu hidup damai. Berdialog dan saling menghargai. Tapi kalau dengan cara-cara yang tidak elok kami disingkirkan, kami pun akan melawan,” tegasnya.
Dirinya membenarkan, penggusuran atau relokasi, atau apapun namanya merupakan upaya menghilangkan orang Melayu dari bumi. “Kalau itu (penggusuran) terjadi, maka slogan ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’, tak ada artinya lagi,” tandas Gerisman.
Sementara itu, tokoh Kepri Huzrin Hood mengakui slogan ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’, merupakan ‘titah’ yang disampaikan Laksamana Hang Tuah, tokoh Melayu yang melegenda, sekaligus merupakan peringatan bagi generasi sekarang untuk tetap menjaga marwah Melayu, jangan sampai hilang.
Terkait isu penggusuran warga Rempang, Huzrin menyerukan agar warga Melayu perlu mengantisipasi. Jangan sudah kejadian baru kita bersikap. “Memang kita belum membaca persis bagaimana konsep penataan wilayah dari investor. Tapi begitu kuatnya isu relokasi itu membuat warga Rempang harus mengantisipasi,” ujarnya kepada BatamNow.com, di Jakarta, Kamis (22/06/2023), mengingatkan.
Dirinya menyayangkan bila benar warga di 16 kampung tua digusur. “Kalau sampai tergusur, ya berarti benar Melayu akan terpinggirkan. Jangan sampai terjadi,” tukasnya.
Saat ini, warga Rempang dan sekitarnya yang tergabung dalam KERAMAT tengah menemui sejumlah pihak di Jakarta untuk dengan kerendahan hati meminta lembaga-lembaga negara bisa membantu agar terjadi dialog yang sehat antara warga Rempang, Pemerintah Kota Batam, BP Batam, dan pihak investor (PT Makmur Elok Graha).
“Tidak pernah ada komunikasi ke kami soal rencana investasi. BP Batam dan Pemkot seenaknya saja ‘menjual’ tanah kami kepada investor. Kami dizalimi, dimanfaatkan, dan tidak dianggap ada oleh Pemkot dan BP Batam. Tapi kami tidak akan tinggal diam. Dengan semangat ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’, kami akan lawan segala bentuk kesemena-menaan yang dilakukan pemerintah dan BP Batam yang diduga berkongkalikong dengan investor,” seru Gerisman.
Slogan ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’ kini telah menggelora di dada tiap warga Rempang. Diyakini, mereka takkan mundur dalam mempertahankan tiap jengkal tanah milik leluhurnya. (RN)