BatamNow.com – Diantara seabrek program kepariwisataan di Batam, jarang terdengar memasukkan item wisata cruise atau wisata kapal pesiar internasional
Dan kapal pesiar mewah nan besar, diyakini hampir tak pernah singgah di Batam, apalagi beberapa tahun belakangan ini.
Tak seperti di Singapura dan Port Klang, Malaysia, hampir setiap hari cruise ship terminal disinggahi kapal pesiar internasional.
Di Pelabuhan Internasional HarbourFront dan di The Marina Bay Cruise Centre di Singapore hampir setiap hari disinggahi cruise ship atau kapal pesiar internasional dengan ribuan penumpang.
Demikian juga di Port Klang, Malaysia rutin disinggahi kapal pesiar mewah seperti Royal Caribbean Cruise.
Lalu mengapa Pulau Batam kawasan pariwisata ini tak pernah disinggahi kapal pesiar berpenumpang?
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata yang pernah dikonfirmasi BatamNow.com, tak merespos.
Demikian juga Kabiro Humas BP Batam, Ariastuty Sirait, mewakili BP Batam yang memiliki destinasi wisata kebun Rusa yang dibanggakan itu.
Belum ada penjelasan mengapa Batam yang dikelola BP Batam dan Pemko Batam nyaris tak pernah menyasar dan memprogramkan turis berkualitas lewat kapal pesiar Baik BP Batam, maupun Pemko Batam, yang kerap membanggakan perkembangan kepariwisataan di Batam.
Namun menurut, Kadis Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Guntur Sakti, sebelum pandemi Covid 19, Kepri pernah menjadi destinasi kapal pesiar secara reguler di kawasan wisata internasional Lagoi, Bintan.
Meski tidak menginap tapi jumlah yang turun beberapa jam lumayan banyak. Mereka disuguhkan berbagai atraksi, khususnya seni, budaya dan kuliner lokal sambil menghadirkan UMKM bagi turis yang ingin berbelanja.
“Beberapa operator cruise sempat bekerja sama dengan British Retail Consortium (BRC) Lagoi dan kedatangan kapal pesiar ini berlabuh jangkar di perairan laut dekat pelabuhan BBT Lagoi,” jelas Kadis Pariwisata (Kadispar) Provinsi Kepri Guntur Sakti, kepada BatamNow.com, Minggu (12/05/2024).
Waktu itu, cerita Guntur, salah satu kemudahannya adalah masih berlaku bebas visa kunjungan bagi 169 negara sehingga memudahkan bagi pihak BRC untuk create of demand wisatawan kapal pesiar.
Namun, tambahnya, sekarang fasilitas bebas visa 169 negara sementara dicabut oleh pemerintah, hanya tinggal 19 negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).
“Bebas visa dan 97 Negara membayar Visa on Arrival (VoA) masuk ke Indonesia tidak terkecuali Kepulauan Riau,” ujarnya.
Dia lanjutkan, dengan VoA 30 hari dan tarif Rp 500 ribu per pax/ kunjungan tentu terasa berat untuk Kepri yang merupakan border tourism dan kunjungan wisata mancanegara yang relatif singkat 1 – 2 hari saja.
Saat ini, katanya lagi, pemerintah daerah sedang berinisiatif mendesak pemerintah pusat untuk menyediakan tarif PNBP murah 10 USD atau sekitar Rp 160 ribu lebih jika dirupiahkan untuk Voa 7 hari yang sudah ditetapkan melalui Permenkumham Nomor 22 Tahun 2023, tentang Visa dan Izin Tinggal.
“Jika Visa singkat 7 hari dengan tarif murah (10 USD) bisa disetujui pemerintah pusat (kemenkeu) maka inisitif untuk mendatangkan kembali kapal pesiar menjadi salah satu pilihan baik buat Kepri,” katanya.
Terkait program wisata cruise Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Baparekraf) pernah menggagas soal wisata cruise ini. Dan salah satu yang ditarget adalah Batam (Kepri).
Untuk mewujudkannya dirancang kerja sama dengan pengelola cruise terbesar di Singapura, yakni Royal Caribbean dan Resort World Cruises.
Beberapa destinasi wisata yang diprioritaskan untuk dilalui wisata cruise antara lain: Pulau Batam, Pulau Bintan, Surabaya, Bali, Belitung, hingga Lombok.
Ke depannya, destinasi wisata cruise di Indonesia akan terus dikembangkan ke berbagai destinasi unggulan lainnya. Dengan terus meningkatkan dan mengoptimalkan infrastruktur laut, diharapkan Indonesia dapat menjadi destinasi banyak kapal pesiar, baik untuk regional maupun internasional. (Aman)